Bab 11
"Cukup!"
"Aku masih memanggilmu 'Tante', jadi tolong jaga sikapmu!"
"Lagipula, aku dan Clara sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Ini rumahku, cepat pergi dari sini."
"Soal putramu, memang aku yang memukulnya. Kalau kamu masih berani menghina temanku, aku nggak segan-segan melakukan hal yang sama padamu."
Apa Axel orang yang sabar?
Salah. Mungkin dulu Axel memang sabar. Demi cintanya pada Clara, dia sanggup menahan banyak hal.
Tapi kalau dia sudah tak mau lagi menahan, tak ada yang bisa menindasnya.
Seperti sekarang, dia mungkin sudah berkali-kali sabar menghadapi Ratna. Tapi saat kesabarannya sudah habis, tak ada lagi yang perlu ditahan.
Namun Ratna memang keras kepala dan tak mau mendengarkan. Saat melihat Axel berani berteriak padanya, dia langsung marah. Dengan suara penuh kemarahan, dia menunjuk Axel dan berkata, "Berani sekali kamu kurang ajar padaku! Ayo, kalau berani, pukul aku!"
Axel menahan amarahnya, lalu menunjuk ke pintu. "Keluar dari sini!"
Ratna menatap Axel dan Rosa dengan dingin. "Axel, jangan kira karena Rosa berasal dari keluarga kaya, dia bisa melindungimu. Kamu salah orang."
"Seluruh Keluarga Burhan sedang kesulitan, dan ingin menikahkan Rosa dengan putra Keluarga Tanoko. Di saat dia sendiri nggak bisa menyelamatkan dirinya, bagaimana dia bisa melindungimu?"
Ratna menatap Rosa yang tampak menderita, lalu menyingkapkan senyum sinisnya. "Rosa, hari ini kamu diam-diam bersama Axel di sini. Tunggu saja. Kalau putra Keluarga Tanoko tahu, bukan hanya kamu yang akan kena hukuman, keluargamu juga akan ikut menderita. Dan dengan sifat buruknya, dia pasti nggak akan melepaskan Axel begitu saja."
Ratna mengejek, "Haha, aku nggak sabar melihat kalian mati."
"Dan kamu wanita penggoda, kamu benar-benar murahan. Bisa-bisanya kamu tergila-gila pada penjahat nggak berguna itu. Sungguh menjijikkan!"
Ucapan itu membuat amarah Axel makin meledak. Tanpa ragu, dia menampar Ratna dengan keras.
"Kalau kamu berani bicara lagi, akan kurobek mulutmu!"
Ratna terkejut dan marah. Dia tak menyangka Axel benar-benar berani memukulnya.
Dia langsung kehilangan kendali, berteriak histeris sambil mencakar dan menyerang Axel seperti orang yang kebakaran emosi.
"Ah! Dasar sampah, berani-beraninya kamu memukulku! Aku akan membalasnya. Aku akan membunuhmu! Aku bersumpah nggak akan membiarkanmu. Kamu bajingan, kamu pantas mati!"
Melihat Ratna meraung dan mengamuk sambil mencakar-cakar, Axel tak bisa menahan lagi. Dia meraih tangan Ratna, lalu melayangkan dua tamparan kuat ke pipi kanan dan kirinya.
Wajah Ratna langsung memerah dan bengkak.
"Aku bilang terakhir kali, pergi sekarang, atau aku nggak akan ragu memukulmu sampai gigimu hancur."
Saat ini, tatapan Axel terlihat dingin dan berbahaya.
Ratna tertegun dan sedikit ketakutan.
Dia belum pernah melihat tatapan Axel yang begitu dingin dan kejam. Saat ini, dia merasa jika dia tidak segera pergi dan terus membuat keributan, Axel mungkin benar-benar akan bertindak kasar padanya.
Tak bisa dipungkiri, kali ini Ratna menyerah.
"Oke, oke, kalian pasangan bajingan, tunggu saja, aku pasti nggak akan membiarkan kalian lepas begitu saja."
Setelah berkata demikian, Ratna langsung pergi dengan penuh kemarahan.
Setelah Ratna pergi, Axel memandangi Rosa yang tampak linglung dan pucat pasi, lalu dengan lembut menghela napas dan berkata, "Maaf, aku sudah membuatmu ikut menanggung musibah yang nggak seharusnya."
Rosa menggeleng pelan. Jejak air mata di wajahnya belum sempat dia hapus, membuatnya tampak begitu rapuh dan menyedihkan.
"Nggak, akulah yang harus minta maaf padamu. Karena kecerobohanku, mungkin aku akan menimbulkan masalah untukmu. Axel, pergilah ... tinggalkan Kota Jermada untuk sementara dan bersembunyilah."
Menurut Rosa, jika hari ini mereka tidak ketahuan oleh Ratna, mungkin semuanya masih bisa baik-baik saja.
Tapi Ratna telah mengetahuinya dan sangat marah. Pasti dia akan menyebarkan berita ini. Saat itu terjadi, apa pun yang harus dia tanggung sendiri masih bisa dia terima, tapi dia tidak ingin menyeret Axel ikut terlibat.
Menurutnya, Axel bukanlah lawan yang sebanding bagi Regi, apalagi dengan temperamen pria itu, dia pasti akan membalas dendam. Saat itu terjadi, Axel pasti akan terluka, bahkan kemungkinan dipukuli hingga patah tangan atau kaki.
Bagaimanapun juga, Regi sudah melakukan hal seperti ini bukan sekali dua kali.
Axel menghela napas pelan dan berkata, "Rosa, kamu datang untuk menemuiku dan membantuku, itu karena kamu peduli padaku. Bagaimana mungkin itu salahmu? Selain itu, sejak kamu datang tadi, aku sudah bisa melihat kalau suasana hatimu nggak baik. Tadi dia menyebut soal pertunangan. Apa maksudnya? Dan siapa sebenarnya putra Keluarga Tanoko itu?"
"Apa kamu akan menikah?"
"Tapi aku sama sekali nggak melihat kebahagiaan dalam dirimu. Katakan padaku, apa kamu dipaksa?"
Mendengar itu, Rosa tidak bisa menahannya lagi. Dia langsung duduk di sofa sambil menutupi wajahnya dan menangis tersedu-sedu.
Dia selalu berpura-pura kuat, tapi dia hanyalah seorang wanita lemah.
Dia tidak bisa mengubah takdirnya dan hanya bisa bertahan menghadapi masa depan yang mungkin seperti neraka. Meski begitu, dia benar-benar merasakan sakit, sedih, dan hancur.
Tapi apa gunanya menunjukkan kelemahan ini kepada orang lain?
Namun hari ini, dia benar-benar menunjukkan kelemahannya di depan Axel.
Sementara itu, saat melihat Rosa menangis, Axel menghela napas pelan dan mengeluarkan tisu, lalu memberikannya kepada Rosa.
"Rosa, kalau kamu nggak mau, jangan menikah dengannya."
"Pernikahan seharusnya memberi kebahagiaan untuk seumur hidup. Aku nggak tahu seperti apa pria itu. Kalau dia mencintaimu dan baik padamu, mungkin masih bisa diterima. Tapi aku bisa melihat, sepertinya dia bukan orang baik, dan juga nggak akan memperlakukanmu dengan baik. Kalau begitu, kenapa kamu harus menikah?"
"Apa hanya karena dipaksa?"
"Kebahagiaan ada di tanganmu. Kamu nggak perlu mengorbankan diri untuk siapa pun atau apa pun. Rosa, batalkan saja pernikahan ini, jangan menangis lagi."
Kata-kata Axel membuat hati Rosa merasa hangat, tetapi itu tidak bisa mengubah apa pun.
Rosa perlahan berhenti menangis, berusaha menenangkan emosinya, lalu tersenyum tipis. "Maaf, kamu jadi melihat sisi lemahku."
"Tapi aku nggak apa-apa. Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri. Hanya saja, Axel, aku mungkin benar-benar akan membawa masalah untukmu. Janji padaku, tinggalkan Kota Jermada untuk sementara waktu."
"Ambil uang yang kuberikan padamu, dan pergilah hidup di tempat lain sebentar. Bukan hanya untuk menghindari masalah, tapi juga untuk menyegarkan pikiran."
"Kamu harus janji, jangan buat aku sedih, jangan buat aku khawatir, oke?"
"Aku mohon padamu, anggap saja ini permintaanku."
Rosa menatap Axel dengan penuh perasaan. Dia benar-benar takut bahwa Axel yang sudah hidup menderita akan mengalami luka yang tidak seharusnya dia terima karena dirinya.
Sebelum Axel sempat berbicara ...
Rosa langsung melangkah maju dan memeluknya.
"Peluk aku ... kumohon, hanya kali ini saja."