Bab 151
Sudah lama sekali Lily tidak tertawa di hadapan Sandy.
Terlebih lagi, dengan tawa yang terasa begitu tulus dari hati.
Sandy mencoba mengingat-ingat. Sejak Lily kembali, dia hampir tidak pernah tertawa seperti itu.
Selama dua tahun pernikahan, dalam ingatannya Lily memang pernah tersenyum. Namun, senyuman itu terasa canggung, seolah ingin menghiburnya saja.
Di dalam mobil itu, seakan ada dua dunia yang berbeda.
Lily tengah serius mengetik pesan untuk Felix. Kata "Terima kasih" hampir selalu muncul di setiap pesannya.
Lagi pula, dia tidak tahu harus berkata apa selain berterima kasih.
Perlu beberapa saat baginya untuk berpikir, sebelum akhirnya membalas.
"Aku akan bertahan sampai akhir. Kak Felix juga harus semangat!"
Felix menyukai dunia desain, tetapi bisnis keluarga Sudarsono juga membutuhkannya.
Dia harus membagi waktu antara mengurus bisnis keluarga dan mengejar mimpinya sendiri, yang terasa tidak mudah baginya.
Seusai membalas pesan, Lily memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku,

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link