Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Serangan yang datang tiba-tiba itu membuat Wilma menjerit kesakitan. Dia membelalakkan mata dengan tidak percaya. "Dasar bajingan! Lepaskan aku! Nanti ada orang yang datang!" Namun, Yoga seolah-olah kehilangan seluruh akalnya. Dia menggenggam pinggang Wilma, setiap gerakannya dalam dan berat, suaranya serak. "Jangan bergerak. Urusan ranjang sebelumnya belum selesai. Kali ini, kutebus untukmu." Wilma dibuatnya sampai tidak bisa bernapas, tubuhnya serasa ingin terkoyak, dan dadanya sesak seakan tidak mampu menghirup udara. Seolah-olah rasa sakit Yoga juga ikut tertoreh ke dalam tulang-tulang Wilma, seiring dengan pencabulan ini, menyatu ke dalam jantungnya. Pada saat itu, gagang pintu kaca balkon diputar seseorang dari luar! Sesaat kemudian, pintu pun terdorong terbuka sedikit. Dalam cahaya redup, tampak wajah Mia yang pucat dan terkejut. Dia memandangi dua orang yang saling bertaut di balkon itu, terutama Wilma yang tertekan di bawah Yoga dengan pakaian berantakan. Dia menutup mulutnya dengan cepat, matanya memerah, lalu seolah-olah terpukul hebat, berbalik dan berlari pergi! Sementara itu, gerakan Yoga tidak berhenti. Hanya saja, pria itu menatap lekat ke arah Mia yang lari menjauh, matanya penuh rasa sakit, ketidakrelaan, dan emosi rumit yang tidak bisa dipahami Wilma. Saat itu, tubuh Wilma serasa membeku, seperti disiram seember air es dari kepala sampai kaki. Wilma mengerti. Segalanya jelas. Yoga tadi kehilangan kendali karena melihat Mia mencium pria lain, cemburu hingga hampir gila. Jadi, pria itu menggunakan cara ini, di hadapan Mia, memakai tubuhnya untuk membalas, meluapkan emosi, berusaha membuat Mia cemburu? Ini ... hal yang bisa dilakukan oleh Yoga yang selalu tenang, tertib, dan menahan diri itu? Lalu, dia menganggap Wilma apa? Alat untuk mengguncang hati wanita yang dia cintai? Objek pelampiasan yang bisa dia permalukan di tempat umum kapan saja? Dia kira Wilma ini apa? Pelacur?! Amarah dan rasa terhina yang luar biasa seketika menenggelamkan Wilma! Dengan seluruh kekuatannya, dia mendorong Yoga keras-keras, mengangkat tangan dan menampar wajah pria itu dengan sekuat tenaga! Yoga terdorong ke samping oleh tamparan itu, bekas lima jari langsung tampak jelas di wajahnya. Tamparan itu tampaknya membuatnya agak sadar. Kegilaan di matanya memudar, berganti dengan tatapan kosong dan linglung. Wilma gemetar, menarik pakaiannya yang berantakan, memaksa tubuhnya yang hampir roboh untuk berdiri, lalu terhuyung keluar dari balkon. Begitu keluar dari aula pesta dan tiba di pintu hotel untuk memesan mobil, seseorang mengadang di depan Wilma. Itu Mia. Wajahnya tidak lagi menunjukkan keterkejutan atau kesedihan seperti tadi, berganti dengan tatapan kebencian yang merendahkan. "Kamu istri Yoga, Wilma, 'kan? Perkenalkan diriku. Aku ... cinta pertamanya Yoga, Mia." Mata Wilma memerah, seluruh tubuhnya lelah dan penuh amarah, dia hanya ingin wanita itu menyingkir. "Minggir!" Namun, Mia tersenyum kecil. "Nona Wilma, jangan terburu-buru. Ini pertemuan pertama kita ... aku harus memberikan hadiah perkenalan." Begitu dia selesai bicara, bahkan sebelum Wilma bisa bereaksi, Mia menarik sebuah botol bir dari belakangnya dan menghantamkan botol itu keras-keras ke kepala Wilma! "Buk!" Sebuah suara tumpul terdengar. Wilma merasakan sisi kepalanya perih seperti tersayat, cairan hangat langsung memburamkan pandangannya, mengalir di pipi. Rasa sakitnya menusuk sampai dada, pandangannya gelap, dan dia tersungkur ke lantai yang dingin. Wilma sadar kembali dalam deraan sakit kepala yang hebat. Dengan susah payah dia membuka kelopak mata yang berat, dan melihat dua sosok berdiri di depan pintu ruang perawatan. "Yoga, aku nggak sengaja. Saat itu aku mabuk ... melihat kalian di balkon seperti itu ... aku, aku terlalu cemburu, aku hilang akal sesaat ... " "Cemburu? Bukannya kamu sudah dekat dengan pria lain? Di pesta, kamu mengobrol begitu mesra dengannya, bahkan ... menciumnya." "Itu semua untuk kamu lihat!" Mia menjelaskan dengan panik, menarik lengan baju Yoga. "Aku hanya ingin kamu melirikku sekali saja. Kamu sudah menikahi Wilma. Dia itu terkenal cantik memukau, keluarganya baik, wajahnya sangat cantik ... Aku takut kamu hanya memikirkan dia, dan sudah melupakan aku sepenuhnya ... " Yoga terdiam beberapa saat, lalu Wilma mendengar pria itu menghela napas pelan, sebuah helaan yang sarat rasa lelah dan keputusasaan. "Sebaik apa pun dia ... dia nggak sama sepertimu." Kata-kata itu seperti pisau tumpul yang berulang kali mengiris dada Wilma. Tidak sama? Benar, dia hanyalah pajangan yang dipaksa dinikahi, sedangkan Mia adalah cinta yang tertanam sampai ke tulang. Tentu saja berbeda.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.