Bab 17
Begitu memasuki vila, Julian langsung melempar Aruna ke lantai. Wajah tampannya dipenuhi kegelapan. "Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu memutar rekaman itu?"
Pinggang bagian belakang Aruna membentur meja, menimbulkan rasa sakit yang menusuk. Berhadapan dengan tatapan murka Julian, dia perlahan bangkit berdiri.
"Julian, pernah dengar satu pepatah?" Dia tersenyum mengejek, seluruh raut wajahnya penuh sindiran. "Kasih sayang yang datang terlambat nggak ada harganya. Jangan bilang hanya pesta ulang tahun, bahkan jika kamu memberikan seluruh dunia padaku, aku tetap hanya merasa muak padamu."
Rahang Julian mendadak menegang. Dia mengangkat tangan dan menampar Aruna. Lalu memerintahkan para pengawal, "Kurung Nyonya Aruna ke dalam kamar. Tanpa perintahku, siapa pun nggak boleh membiarkannya keluar."
Aruna tidak melawan, membiarkan pengawal membawanya kembali ke kamar dan menguncinya di ranjang dengan rantai.
Sejak saat Julian memaksanya pulang, hatinya sebenarnya sudah mati.
Apa pun perlakuannya

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link