Bab 8
Pada sore hari ketiga, Johan pulang bersama dua anaknya.
Begitu masuk rumah, dia jarang-jarang memberi penjelasan pada Nila. "Selvi sejak kecil takut sakit, makanya kami segera membawanya ke rumah sakit."
Rovan bergumam pelan, "Ya. Mama kan jauh lebih kuat daripada Tante Selvi, jadi kami nggak perlu ... "
Ryan mengangguk. "Tante Selvi terlalu lemah, jadi kami harus menjaganya."
"Cukup." Nila memotong ucapan mereka, "Nggak perlu dijelaskan."
Dia sudah terlalu paham.
Segala penjelasan itu hanya karena mereka mencintai Selvi, bukan dirinya.
Dulu pemahaman ini membuatnya hancur, tapi sekarang tidak lagi.
Karena dia ... sudah tidak mencintai mereka.
Melihat ketenangan Nila, Johan tiba-tiba merasa ada kegelisahan aneh dalam hatinya, seolah ingin menebus sesuatu. Dia pun membuka mulut lagi. "Malam ini ada hujan meteor, aku akan membawamu ke puncak gunung untuk melihatnya."
"Nggak perlu," jawab Nila.
"Jangan ngambek." Johan menatap kedua anaknya sebentar. "Temani mama kalian untuk ganti baju."
Rovan dan Ryan langsung memegang lengan Nila dari kiri dan kanan. "Ayo, Mama, kita pergi!"
Nila dipaksa masuk ke mobil, dan baru sadar Selvi juga ikut.
"Jangan tersinggung, Nila," ucap Selvi dengan lembut. "Sejak kecil aku takut gelap, jadi Johan khawatir meninggalkanku sendiri di rumah ... "
Johan langsung menambahkan, "Selvi memiliki rabun malam, sendirian di malam hari bisa membuatnya takut."
Dua anak itu juga berebut bicara mendukungnya. "Tante Selvi kasihan sekali!"
Nila menutup mata dengan lelah, tak ingin mendengar sepatah kata pun dari mereka.
Sepanjang perjalanan, Johan dan kedua anaknya terus memperhatikan Selvi dengan penuh perhatian.
Mereka mengatur kursi, menyerahkan selimut, memberi buah, khawatir jika ada sedikit saja yang membuatnya tidak nyaman.
Selvi sesekali melirik Nila, berharap bisa melihat kecemburuan atau kemarahan di wajahnya. Namun yang dia temukan hanyalah Nila yang menatap tenang ke luar jendela, seolah semua ini tidak ada hubungannya dengannya.
Saat sampai di setengah jalan gunung, mereka semua turun dari mobil dan melanjutkan dengan berjalan kaki.
Tiba-tiba, Selvi terpeleset dan menjerit kaget, lalu langsung menggenggam pergelangan tangan Nila.
Keduanya pun terguling bersama menuruni lereng gunung.
"Nila! Selvi!"
Johan dan kedua anak itu bergegas berlari ke bawah. Mereka melihat Selvi hanya terluka di telapak tangan, duduk dengan air mata menetes, tampak sangat malang.
Sementara itu, Nila menabrak sebuah batu, hingga betisnya tergores panjang oleh ujung batu yang tajam. Darah segar langsung meresap ke celananya, dan wajahnya tampak pucat.
"Aku akan mengantar Selvi kembali dulu." Johan segera memutuskan. "Nila, tahan dulu, aku akan memanggil tim penyelamat."
Setelah berkata demikian, dia menggendong Selvi dan pergi tanpa menoleh ke belakang.
Rovan dan Ryan sempat ragu-ragu. Mereka menatap kaki ibu mereka yang mengucurkan banyak darah, lalu menatap Selvi yang digendong ayah mereka, dan akhirnya mereka pun pergi mengikuti Johan.
Nila terbaring di lereng gunung yang dingin, menatap punggung mereka yang menghilang di kegelapan malam.
Dia menunggu sepanjang malam.
Namun, tak seorang pun kembali.
Menjelang pagi, Nila menahan sakit, menyeret kakinya yang terluka, dan dengan susah payah merangkak menuju jalan raya.
Dia menghentikan sebuah mobil, pergi sendiri ke rumah sakit untuk membalut lukanya, lalu langsung menuju kantor catatan sipil.
Saat surat cerai resmi diserahkan kepadanya, dan melihat tulisan besar di atasnya, Nila merasa lega.
Saat kembali ke rumah, rumah itu kosong tak berpenghuni.
Johan dan yang lain masih di rumah sakit menemani Selvi menjalani "pemeriksaan menyeluruh".
Nila meletakkan surat cerai milik Johan di atas meja kopi dengan sebuah catatan di sebelahnya.
[Aku pergi. Nggak usah mencariku, aku nggak mau kalian lagi.]
Kemudian, dia mengangkat koper yang sudah lama disiapkan dan meninggalkan penjara yang telah menahannya selama lima tahun, tanpa menoleh lagi.
Di belakangnya, matahari pagi perlahan naik, sementara di depannya ...
Kehidupan yang baru, tanpa Johan, Rovan, dan Ryan, siap menyambutnya.