Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3

Semua orang yang hadir sontak menjadi gempar. Si juru lelang juga langsung bertanya dengan heran, "Tuan, maksud Tuan ...." Pria itu menjelaskan, "Aku adalah asisten Tuan Muda Jason. Sesuai perintah dari Tuan Muda Jason, dia akan menyalakan lampunya untuk semua barang lelang yang disukai Nona Nadia hari ini." Suasana di tempat lelang langsung menjadi ricuh. "Tuan Muda Jason? Pewaris tunggal Keluarga Royan? Si pria terkenal dari Kota Nezan itu?" "Bukannya dia nggak pernah dekat dengan wanita? Kenapa dia menyalakan lampunya buat Nona Nadia?" "Sepertinya Nona Jane akan segera menjadi naik tingkat ...." Semua orang sibuk berdiskusi. Sementara itu, ekspresi Nadia awalnya terlihat terkejut, lalu menjadi heran dan akhirnya terlihat sangat bangga. "Permisi, di mana Tuan Muda Jason? Apa aku bisa berterima kasih padanya secara langsung?" tanya Nadia dengan wajah memerah malu. Asisten itu menjawab dengan sopan, "Sekarang Tuan Muda Jason lagi nggak ada di tempat. Nanti dia sendiri yang akan datang menemui Nona." Nadia pun menoleh menatap Jane, sorot tatapannya terlihat sangat senang dan penuh kemenangan, "Kak, Kakak masih mau menawar?" Detik berikutnya, Nadia melanjutkan dengan nada sok polos, "Oh, aku hampir lupa. Tuan Muda Jason sudah membantuku dengan menyalakan lampu. Kalau Kakak terus menawar, bisa-bisa Kakak jadi bangkrut. Siapa juga di sini yang lebih kaya dari Tuan Muda Jason?" Ekspresi Jane langsung berubah, dia menatap Jason dengan tajam. Dia bisa melihat bagaimana pria itu sedang menatap Nadia dengan lembut dan penuh kasih sayang. Setelah itu, pelelangan berjalan seperti adegan dalam dongeng. Begitu Nadia melihat barang yang dia sukai, si asisten akan langsung menyalakan lampu. Mulai dari kalung rubi, satu set peralatan minum teh dari zaman dahulu, bahkan lukisan bunga lili air karya pelukis terkenal yang dibuka dengan harga 160 miliar, semuanya berakhir di tangan Nadia. Tiba-tiba, Jane bangkit berdiri dengan kesal dan bertanya kepada si asisten, "Apa Tuan Muda Jason nggak mau menyisakan satu barang pun buat yang lain?" Asisten itu menatap Jason dengan saksama dan dibalas Jason dengan sebuah anggukan kecil. "Maaf, Nona Jane," jawab asisten itu dengan dingin. "Ini semua adalah hadiah dari Tuan Muda Jason untuk Nona Nadia. Dia cuma berharap Nona Nadia akan bahagia dalam pelelangan ini. Bagaimana perasaan orang lain itu nggak masuk dalam pertimbangannya." Jane balas tersenyum dengan tangan yang terkepal erat. Dia menatap Jason, tetapi sorot tatapan pria itu selalu tertuju kepada Nadia yang terlihat sangat bangga. Bagus sekali, Jason. Benar-benar hebat! Setelah pelelangan, Nadia dikerumuni oleh sekelompok selebriti dan wanita dari keluarga kaya yang sibuk memujinya bak seorang bintang. Jane yang tidak tahan dengan pemandangan munafik ini pun segera berjalan pergi. Begitu masuk ke dalam mobil, dia langsung berkata kepada si sopir, "Ke Klub Remalam." Jane memutuskan dia membutuhkan alkohol untuk membuat dirinya mati rasa. Akan tetapi, sebelum pintu mobil ditutup, Nadia keburu masuk dan berkata, "Kak, Kakak mau main ke klub, ya? Akhir-akhir ini aku lagi bosan, jadi aku sekalian ikut ya!" Jane hendak menyuruh Nadia keluar dari mobil, tetapi Jason menahan pintu dengan tenang sambil berkata kepada si sopir, "Jalan." Sepanjang perjalanan, Nadia membahas pelelangan hari ini dengan penuh semangat. "Kak Jason, kira-kira kenapa orang yang disebut Tuan Muda Jason itu baik banget padaku, ya? Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya!" "Karena dia suka padamu," jawab Jason dengan suara yang terdengar sangat lembut. Mata Nadia langsung melebar dan pipinya merona malu. "Aduh, Kak Jason jangan bercanda begitu dong!" "Pria itu paling paham sesama pria," kata Jason sambil menatap Nadia dengan penuh binar. "Di mana ada uang, di situ ada cinta. Apalagi ...." "Nona Nadia 'kan orang yang sangat baik, wajar saja dia menyukaimu." "Kalau gitu … apa Kak Jason juga menyukaiku?" Nadia tiba-tiba bertanya. Jason sontak tertegun. Tepat saat dia hendak menjawab, Jane langsung menyela dengan dingin, "Kalau kalian mau saling menggoda, turun sekarang juga. Ini mobilku!" Mata Nadia langsung menjadi berkaca-kaca. "Maaf sudah mengganggu Kakak. Aku diam saja." Jane terlalu malas untuk ambil pusing dan menoleh memandang ke luar jendela. Dari pantulan kaca jendela mobil, Jane bisa melihat dengan jelas betapa tatapan Jason penuh dengan kelembutan dan kasih sayang saat tertuju kepada Nadia, tetapi mata yang sama terlihat begitu dingin dan jijik saat menatapnya. Jane pun tersenyum mencemooh. Sepertinya, yang namanya pria itu paling suka dengan perempuan munafik.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.