Bab 88
Tiba-tiba, ada yang mengulurkan sebotol susu dari belakang. Aku langsung menggeleng karena perutku memang agak mual. "Aku nggak mau minum susu. Perutku nggak enak."
Setelah beberapa saat, sehelai handuk hangat disodorkan.
Dengan lemas, aku mengambilnya, lalu menengadah dan menutupkannya ke kening dan mataku.
Uap hangat perlahan membuat saraf-sarafku yang tegang menjadi rileks dan akhirnya aku pun bisa menghela napas lega.
"Terima kasih, Caroline," ucapku, sedikit terharu dengan perhatiannya. "Kalau nggak ada kamu yang menemaniku, aku pasti sudah hancur. Aku akan selalu mengingatmu sebagai sahabat terbaikku. Kenapa aku dulu bisa sebodoh itu menyukai Albert?"
"Apa amnesia ini karena Tuhan juga tidak tahan melihatku?" Suaraku perlahan melemah.
"Mungkin ini cara Tuhan agar kamu bisa memulai dari awal lagi." Suara bariton yang menenangkan terdengar dari belakangku.
Saking kagetnya, aku buru-buru menoleh dan ... krak ... leherku terkilir.
Sambil menahan sakit, aku mengangkat handuk yang menu

Haga clic para copiar el enlace
Descarga la aplicación Webfic para desbloquear contenido aún más emocionante
Encienda la cámara del teléfono para escanear directamente, o copie el enlace y ábralo en su navegador móvil
Encienda la cámara del teléfono para escanear directamente, o copie el enlace y ábralo en su navegador móvil