Bab 4
Felix tiba-tiba terlihat panik, benar-benar seperti pria berwajah manis yang suka berpura-pura baik.
"Fabian, jangan marah, aku dan Mirna semalam nggak ada apa-apa, kami hanya mendiskusikan naskah. Jangan salahkan Mirna. Kalau mau marah, marahlah padaku, ah ... "
Saat Mirna muncul sambil membawa sepiring telur setengah matang, Felix tiba-tiba terhuyung ke belakang, jatuh ke lantai, dan pergelangan kakinya membengkak.
"Fabian, apa yang kamu lakukan pada Kak Felix?!"
Mirna panik dan melemparkan piring di tangannya ke arah Fabian.
Dahi Fabian terluka akibat lemparan itu, telur menempel di kepalanya, cairan kuningnya bercampur darah mengalir turun.
Panas dan lengket, mengaburkan penglihatannya.
"Aku nggak mendorongnya."
Fabian berkata pelan, hatinya tiba-tiba dipenuhi rasa pilu.
Selama lima tahun, meski Mirna hanya menganggapnya sebagai pengganti, dia mengira wanita itu setidaknya mengenal sifat dan karakternya.
Tidak disangka, di antara mereka bahkan tak ada kepercayaan paling dasar sekalipun.
Melihat wajah Fabian yang kacau, dengan dahi bengkak, mata merah dan darah di pelipisnya, Mirna terdiam sesaat.
Entah kenapa, wanita itu merasa agak tidak tega, dan secara naluriah ingin mengulurkan tangan untuk menyekanya.
Namun, Felix yang berada di samping tiba-tiba bergerak.
"Mirna, kakiku sakit banget, apa aku patah tulang? Sss ... "
Suara pemuda itu tersendat-sendat dan penuh rasa sakit saat dia menarik wanita itu.
"Jangan salahkan Fabian, dia juga pasti merasa nggak enak. Semua ini salahku."
Melihat wajahnya meringis kesakitan tetapi masih membela Fabian, hati Mirna menjadi sangat lembut.
"Felix, kamu sama sekali nggak salah. Cinta itu nggak pernah salah, yang salah adalah orang yang nggak seharusnya ada!"
Ketika menatap Fabian lagi, tatapan Mirna sudah kehilangan kehangatannya, dan dia memerintah dengan suara dingin.
"Fabian, berlutut dan minta maaf pada Felix, maka masalah ini akan selesai."
"Bukan aku yang mendorongnya ... "
"Sudahlah Mirna, ini hanya sedikit ketidakadilan, aku bisa tahan. Sss, sakit sekali ... jangan-jangan kakiku patah ... "
"Felix, kamu terluka separah itu? Aku akan segera bawa kamu ke rumah sakit."
Mirna dengan hati-hati membantu Felix berdiri, tetapi tiba-tiba mengangkat kaki dan menendang Fabian.
"Berlutut dulu. Minta maaf pada Felix, nanti baru kita bahas sisanya!"
Ujung sepatu hak tingginya seperti pisau yang menusuk. Fabian yang tidak siap jatuh berlutut, lututnya menghantam pecahan piring di lantai, rasa sakit luar biasa langsung menghantamnya.
Air mata refleks mengalir begitu saja.
Mirna berhenti melangkah, sebersit penyesalan melintas di matanya.
"Kenapa kamu menangis? Terlalu sakit, ya?"
Baru saja Mirna ingin memeriksa kondisi Fabian, Felix malah memeluknya erat-erat.
"Sungguh iri, kemampuan akting Fabian bagus sekali, bisa langsung menangis begitu saja. Dia memang benar-benar berbakat. Nggak seperti aku yang bodoh, sampai sekarang masih payah dalam adegan menangis. Mirna, untung ada kamu."
Sambil berbicara, air matanya terus mengalir turun.
Mirna langsung tersadar.
Felix, yang selama ini tidak pandai menangis saat akting, kini menangis begitu sedih. Ini berarti dia benar-benar merasa sakit dan sedih.
Sedangkan Fabian, yang dikenal karena aktingnya yang luar biasa, mungkin hanya sedang berpura-pura menangis untuk menarik simpati.
Mirna merasa nyaris tertipu.
"Fabian, simpan rencanamu! Aku peringatkan, kalau kamu ganggu Felix lagi, aku nggak akan biarkan kamu lolos!"
Dengan penuh rasa muak, dia memeluk Felix lebih erat dan pergi bersamanya.
Pemandangan di depan begitu mirip dengan saat pertama kali mereka bertemu. Saat itu, dia juga memeluk erat Fabian, membawanya menjauh dari bahaya.
Namun kini, wanita yang dulu melindunginya justru pergi bersama pria lain.
Meninggalkannya dengan luka yang paling dalam.
Meski sudah memutuskan untuk tidak mencintai lagi, Fabian tetap merasa seolah-olah ada tangan yang mencengkeram jantungnya, begitu menyakitkan.
Sebagai nyonya rumah, sikap Mirna sudah sangat jelas. Para pelayan yang melihat kejadian itu pun langsung menjauh.
Dengan tertatih, Fabian naik ke atas untuk membersihkan lukanya dan mengoleskan obat.
Saat itulah, nama Mirna dan Felix kembali muncul di trending topic.
Mirna menyewa satu lantai penuh rumah sakit dan memanggil banyak ahli hanya untuk memeriksa kaki Felix.
Setelah dipastikan bahwa tidak ada luka luar maupun dalam, Mirna merasa sangat gembira dan menyuruh asistennya mengadakan undian di situs resmi Grup Jiwanto.
Peristiwa itu benar-benar terasa seperti perayaan nasional.
Netizen ramai-ramai berkomentar: [Terima kasih, Kakak Ipar.] Melihat ini, Fabian pun mengirimkan pesan kepada Mirna.
[Kita cerai saja.]
Mirna, yang biasanya selalu lama membalas pesannya, kali ini membalas dalam sekejap.