Webfic
Abra la aplicación Webfix para leer más contenido increíbles

Bab 8

Udara terasa membeku. Fabian merasakan dingin menembus hingga ke tulangnya. Dia sudah menerima kenyataan bahwa Mirna tidak mencintainya, hanya menganggapnya sebagai pengganti, bahkan tidak pernah benar-benar memercayainya. Namun, dia tak menyangka, Mirna akan sampai hati memberi perintah untuk mempermalukannya secara langsung. Di belakangnya, pria kekar itu mengembuskan napas, mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Fabian tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi padanya. Hatinya dipenuhi ketakutan, dia mencoba membela diri secara naluriah, "Kamu nggak boleh memperlakukan aku seperti ini ... " Mirna menatapnya seolah-olah dia hanyalah seekor semut kecil. "Sekarang takut? Waktu kamu dorong Fay jatuh, kamu belum minta maaf." Mata Felix masih berair, tetapi tidak sedikit pun terlihat rasa takut di dalamnya. Dia menyembunyikan tawa puasnya, lalu dengan santai berkata, "Kalau mau minta maaf, harus berlutut. Itu baru kelihatan tulus." Fabian menggigit bibir kuat-kuat, dan akhirnya, perlahan dia berlutut. "Aku salah, tolong maafkan aku, lepaskan aku." Lukanya di lutut belum sembuh, rasa sakit yang menyebar seolah-olah menembus hingga ke jantung. Mirna tetap memeluk Felix, memandangi wajah Fabian yang penuh kesengsaraan dengan tatapan acuh tak acuh, lalu tersenyum dingin. "Permintaan maaf tetap saja permintaan maaf, hukuman tetap harus dijalankan. Siapa suruh kamu mengusik Kak Felix? Harus ada balasannya." Dengan isyarat dari Mirna, Pak Jodi membisikkan sesuatu ke telinga pria kekar itu. Pria itu langsung mengangguk dan membungkuk. "Tenang saja, pasti saya bereskan." Jantung Fabian tenggelam. Dia berusaha untuk melarikan diri. Namun, kakinya langsung ditarik oleh pria itu, seperti seekor anjing mati. Tangan lengket pria itu mulai menjalar naik dari kakinya. Sebelum pintu tertutup, Fabian sempat melihat Mirna berjalan pergi tanpa menoleh, dan Felix tersenyum puas. Hati Fabian yang sudah lama mati rasa, kembali tenggelam dalam keputusasaan. Padahal hanya tinggal dua jam lagi sebelum dia menghilang dari dunia ini ... Kenapa mereka masih tega mendorongnya ke neraka seperti ini, membuatnya sangat menderita? Kenapa mereka tidak bisa membiarkannya pergi dengan tenang? Fabian meronta sekuat tenaga. Awalnya, pria itu hanya ingin bermain-main, tetapi perlahan napasnya mulai berat, dan gerakannya makin kasar. Setelah terluka oleh cakaran Fabian, pria kekar itu menamparnya dengan keras. Saat Fabian dipukul keras, bintik hitam memenuhi penglihatannya, dan rasa darah memenuhi mulutnya. Dia tidak mampu menyingkirkan tubuh pria besar itu. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah terus memanggil Sistem dalam hati. [Inang, aku baru saja meminta izin dari atasan. Karena situasinya genting, aku aktifkan jalur khusus: jika tubuh ini mati, Inang bisa segera keluar.] Fabian menoleh ke arah jendela yang terbuka, dan memaksa diri untuk tetap tenang. "Jangan buru-buru ... biar aku sendiri yang buka bajunya. Aku janji, akan ... membuatmu lebih puas." Dengan menahan rasa jijik dan penghinaan, dia berpura-pura menurut dan bersikap menggoda. Pria itu terengah-engah, seolah-olah tergoda dengan tawaran itu, dan benar-benar melepaskannya. Fabian merapikan bajunya yang sudah compang-camping, sambil berpura-pura akan membuka baju, dia perlahan mundur. Begitu punggungnya menyentuh bingkai jendela, dia memiringkan tubuh dan menjatuhkan diri ke luar dari lantai 23. Apakah jatuh dari ketinggian setinggi ini akan sangat sakit? Fabian sebenarnya sangat takut, tetapi dalam hatinya ada rasa lega yang aneh. Sesakit apa pun, tidak akan bisa menandingi luka yang ditorehkan Mirna. Akhirnya, semuanya akan berakhir. Dalam kejatuhan itu, angin menderu di telinganya. Malam ini, langit begitu cerah dengan bintang-bintang bersinar terang. Fabian teringat hari saat Mirna melamarnya. Wanita itu memeluknya sambil menatap kembang api dan bintang-bintang, memanggilnya "Fay", dan berkata bahwa dia adalah bintang paling berharga dalam hidupnya. Semua itu ternyata bohong belaka. Mulai sekarang, mereka akan menjadi orang dari dua dunia yang berbeda, tidak akan pernah saling berkaitan lagi. Di detik terakhir sebelum menyentuh tanah, Fabian seolah-olah mendengar teriakan Mirna yang penuh kesedihan. Dia juga seperti mendengar Sistem berteriak panik: [Tingkat kesukaan Mirna melonjak ke 100 persen, misi berhasil.] Itu tidak mungkin. Fabian tahu itu hanya ilusi. "Bruk!" Suara benturan menggema, dan cahaya bintang menghilang. Fabian memejamkan matanya, menyambut kegelapan ... dan kelahiran kembali.

© Webfic, todos los derechos reservados

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.