Imannya Kuat Banget
Di sore hari yang mendung. Lita dan Lisna sedang berada di toko buku milik Zio. Zio, yang sekarang adalah suaminya Lisna. Keduanya masih mengenakan pakaian sekolah.
Wajah Lisna terlihat cemberut. Sedari tadi, gadis itu hanya membuka lembaran-lembaran buku tanpa berniat membacanya. Lita yang sedang membaca di sampingnya menjadi tidak bisa fokus akibat suara gesekan buku yang dibalik dengan kasar.
Mungkin, bisa saja lembaran-lembaran itu akan koyak akibat perbuatan gadis dengan rambut pendek sebahu itu.
“Huh!” Lita menghembuskan nafas kasar. Ditutupnya pelan buku yang tadinya ia baca.
“Lisna ada apa?” tanyanya lembut.
“Aku kesel!” ketusnya masih membalik-balik buku dengan tak manusiawi. Jika bisa buku itu menjerit. Mereka pasti menjerit saat itu juga. Lisna memperlakukan mereka dengan begitu kejam.
“Kesel kenapa? Bukannya harusnya kamu senang ya? Kemarin, kamu kan baru saja menikah,” sahut Lita keheranan.
“Cih! Seneng apanya coba. Om Zio ngeselin banget tau.” Mencebik kesal.
Lita semakin

Haga clic para copiar el enlace
Descarga la aplicación Webfic para desbloquear contenido aún más emocionante
Encienda la cámara del teléfono para escanear directamente, o copie el enlace y ábralo en su navegador móvil
Encienda la cámara del teléfono para escanear directamente, o copie el enlace y ábralo en su navegador móvil