Webfic
Abra la aplicación Webfix para leer más contenido increíbles

Bab 7

Atas peringatan Yasmin, kedua orang itu akhirnya menjaga jarak di antara mereka. "Mengenai retaknya hubungan antara aku dan Yasmin, untungnya Alya selalu berada di sampingku selama waktu ini. Jadi, pemeran utama wanita di pesta pernikahan lusa akan diganti dengan dirinya," kata Rizky. Yasmin tertegun. Tunggu, perkataan ini benar-benar sangat menyesatkan. Jelas-jelas mereka berdua yang berselingkuh, sementara Yasmin yang sebenarnya dikhianati! Suara-suara yang mendiskusikan hal tersebut saling bersahutan. Meskipun Yasmin ingin menjelaskan, mereka sama sekali tidak memberinya kesempatan. "Aku terlebih dulu mengucapkan terima kasih kepada semuanya atas nasihat kalian untuk kami berdua!" Rizky berlagak seperti pria terhormat, membuat Yasmin merasa ingin muntah. "Jadi, Yasmin yang berselingkuh. Selain itu, pengantin wanitanya menjadi Alya?" "Pantas saja tadi keduanya begitu mesra. Ternyata hubungan mereka seperti itu." "Pak Rizky sungguh berpikiran terbuka. Meskipun sudah dikhianati, dia masih bisa bersikap begitu tenang. Dia benar-benar teladan bagi kita semua!" Yasmin sangat marah sampai ingin menendang orang yang berbicara dengan sok tahu itu. Teladan apanya? Yang dikhianati bukan Rizky, tentu saja dia bisa tetap tenang! Yasmin sungguh tidak bisa melakukan apa-apa pada orang-orang yang mulutnya suka bicara sembarangan serta matanya buta ini. Tepat saat semua orang sedang bergosip, terdengar suara langkah kaki dari luar. Sejak wajah Gavin muncul dalam pandangan, suara-suara diskusi perlahan menghilang. Sebagai gantinya, beberapa orang mulai tampak gelisah. Ini membuat Yasmin menepuk dahinya dengan pasrah. "Paman, kebetulan kamu datang. Tolong beri tahu semua orang ...." Rizky baru saja berjalan mendekat, tetapi dia langsung dihalangi oleh Gavin. Gavin berjalan langsung ke hadapan Yasmin, lalu membalas, "Beri tahu apa? Kalau sebenarnya kamu yang melakukan kesalahan?" Sebelum orang-orang sempat bereaksi, lampu tiba-tiba padam semua. Seberkas cahaya dari lampu sorot langsung menerangi Gavin dan Yasmin. "Apakah Nona Yasmin bersedia berdansa denganku untuk tarian pembuka ini?" tanya Gavin. Suaranya terdengar menggoda, mata hitamnya seolah dapat menarik orang ke dalamnya. Entah apa yang merasuki Yasmin hingga dia menyetujuinya. Yasmin meletakkan tangannya di bahu pria di hadapannya. Sementara itu, tangan Yasmin yang lain digenggam erat dalam telapak tangan yang lebar dan hangat. Ketidaknyamanan yang dirasakan Yasmin tadi seolah menghilang dalam sekejap. Mungkin ini hanya kebetulan, tetapi Gavin tampak mengenakan setelah jas berwarna hitam. Keduanya tampak seperti pasangan yang serasi saat berada di lantai dansa. "Mari kita menari bersama iringan musik yang indah ini!" Aula perjamuan yang tadinya bising, seketika berubah menjadi pesta dansa besar. Berkat kata-kata Gavin tadi, semua orang bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi. Saat lampu perlahan meredup, lalu kembali menyala, Gavin sudah menghilang entah ke mana. "Orang ini cukup perhatian ...." Yasmin sedikit mengubah pandangannya tentang pria itu. Pada saat ini, Rizky dan Alya tampak berdiri di sudut sambil menggertakkan gigi. "Kak Rizky, bukankah kamu bilang kalau kamu sudah menjelaskannya pada pamanmu?" tanya Alya. Alya menarik ujung baju Rizky dengan manja, sementara wajah Rizky menampilkan senyum canggung. Kenyataannya, setelah dia kembali, dia terus dihukum untuk berlutut di hadapan para tetua. Rizky juga tidak kembali ke perusahaan, jadi mereka sama sekali tidak bertemu. "Kamu juga tahu watak pamanku. Dia pasti akan memahami kita," balas Rizky. Ketika mendengar itu, Alya tidak berkata apa-apa lagi. Mencari masalah dengan Yasmin hanya akan merugikan diri sendiri. Setelah tarian berakhir, banyak orang yang berani akhirnya menghampiri Yasmin untuk meminta kepastian. Pada akhirnya, mereka semua diusir oleh Yasmin hanya dengan beberapa kata. Bagaimanapun juga, lusa adalah pesta pernikahannya. Pada saat itu, mereka akan mengetahui kebenarannya. Saat tidak ada yang memerhatikan, Yasmin melangkah keluar dari toilet. Dia bergegas mengikuti lokasi di ponselnya sambil mengelilingi aula perjamuan. "Kenapa tempat ini begitu membingungkan? Di mana tempatnya?" gumam Yasmin. Yasmin melepas sepatu hak tingginya, menggosok pergelangan kakinya yang sedikit memerah. "Apakah Nona membutuhkan bantuan?" Sosok tinggi dan tegap muncul di hadapan Yasmin, berlawanan dengan cahaya. Ketika melihat pakaiannya, sepertinya dia adalah staf di sini. Yasmin tidak memedulikan hal lainnya, langsung menunjukkan lokasi di ponselnya. "Ini adalah ruang rapat pribadi. Sejauh yang aku tahu, seharusnya ini ada di depan. Di lantai tiga, lalu belok ke kiri," jelas staf itu. Setelah orang itu selesai berbicara, Yasmin mengucapkan terima kasih, segera naik ke lantai atas tanpa berhenti sejenak pun. Awalnya, dia berpikir akan sulit untuk dirinya bisa masuk. Namun, Yasmin tidak menyangka kalau pintunya tidak terkunci. Menurut yang dikatakan Arvin, orang itu sudah menyadarinya. Waktunya juga seharusnya hari ini. "Tapi ... kenapa ada begitu banyak laptop?" Kepala Yasmin merasa pusing. Di meja rapat, ada dua baris laptop terbaru yang tersusun rapi. Karena tidak punya pilihan, Yasmin terpaksa harus memeriksanya satu per satu. "Aku akan menyalakan semuanya satu per satu. Kamu bisa memastikan laptop mana yang benar." Yasmin sedang menelepon Arvin. Mereka akan lebih mudah mencari semuanya dengan kerja sama. Ketika hanya tersisa laptop terakhir, Yasmin menekan tombol daya beberapa kali tanpa ada reaksi. "Apa baterainya habis?" Yasmin mengomel sambil mencari pengisi daya di ruang rapat yang tidak terlalu besar itu. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari luar. Jantung Yasmin menegang, sementara dia bersembunyi di bawah meja rapat sambil membawa laptop. "Ada apa?" Arvin baru saja bertanya, tetapi telepon langsung diputus dengan kejam. "Atur semuanya dengan baik, jangan sampai ketahuan orang." Suara ini terdengar tidak asing. Yasmin segera mengetahui siapa yang datang. Suara Gavin memiliki kemiripan 70% dengan suara Rein. Kemiripan 30% saja sudah mematikan, apa lagi 70%. Gavin membuka pintu, memandang sekilas ke arah laptop yang ada di atas meja, lalu tersenyum tanpa sadar. Yasmin yang bersembunyi di bawah meja sepertinya bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Ketika melihat sepatu kulit mengkilat itu makin mendekat, jantungnya berdebar dengan kencang. Sebelum Gavin sempat berbicara, ponsel di pelukan Yasmin bergetar hebat. Dalam kepanikan, Yasmin membenturkan kepalanya ke meja, hingga ponselnya pun terjatuh. Yasmin merangkak keluar, diam-diam menekan tombol untuk mengakhiri panggilan. Dia tersenyum sambil melambaikan tangan pada Gavin. Namun, ketika melihat ekspresi di wajah pria itu, situasinya tampak tidak begitu bagus. "Pak Gavin, kamu ada di sini. Sebenarnya aku ...." Yasmin baru akan menjelaskan, tetapi dia lebih dulu mendengar Gavin berkata dengan nada dingin, "Pakaianmu kotor." Yasmin mengira Gavin merasa tidak suka kalau pakaiannya akan mengotori sofanya. Jadi, Yasmin segera bangkit berdiri. Namun, karena tadi kepalanya terbentur, Yasmin merasa pusing. "Pak Gavin, berapa harga sofamu? Aku akan menggantinya." Yasmin tidak pernah merasa bahwa dalam hidupnya, akan ada hari yang lebih memalukan dari hari ini. "Maksudku, pergilah mengganti pakaianmu." Gavin memegang lengan Yasmin, suaranya terdengar sedikit tegang. "Nggak perlu. Nanti setelah pulang, aku akan membersihkannya," balas Yasmin. Yasmin sekarang tidak berani merepotkan pria ini lagi. Dia akan bersyukur jika bisa pulang dengan selamat malam ini. "Omong-omong, tadi kamu bilang kamu datang ke sini untuk apa?" Gavin mengganti topik kembali, membuat Yasmin mendapatkan ide. "Aku datang untuk berterima kasih pada Pak Gavin karena tadi sudah membantu. Aku nggak menyangka kamu bersedia mengorbankan reputasi Keluarga Gunawan hanya untuk membelaku," jelas Yasmin. Mata Yasmin berkilauan. Dalam hati, dia memuji kecerdikannya sendiri karena bisa menemukan alasan yang sempurna. Namun, Gavin justru menghindari tatapannya dengan ekspresi aneh. Pria itu berkata, "Aku hanya menegakkan kebenaran." Setelah mendapat respon yang begitu dingin, Yasmin juga tidak ingin terus berada di sini.

© Webfic, todos los derechos reservados

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.