Bab 24
Waktu berlalu begitu cepat.
Tahun berikutnya, di hari pertama tahun baru, Lyvia seperti biasa datang ke kuil di pinggiran kota untuk mendoakan anak-anak panti asuhan.
Pegunungan awal musim semi masih terasa sejuk.
Lyvia membungkus dirinya dengan selendang. Dia berlutut di atas bantal doa dengan khusyuk.
Asap dari dupa melingkari patung dewa, hingga tercium aroma cendana membuat hatinya tenang.
Selanjutnya, dia berjalan ke pohon tua tinggi di kuil. Dia mengikat kain merah pada pohon harapan.
Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada seorang biksu berjubah abu-abu yang menunduk menyapu daun.
Sosok yang familier itu membuat napas Lyvia terhenti sejenak.
... Itu adalah Steve.
Penerus Keluarga Furlangga yang sombong itu, kini kurus dengan tulang pipi menonjol. Kesombongan dan kebengisan di matanya pun lenyap.
Digantikan dengan ketenangan yang hampir transparan.
"Itu adalah Guru Debu," kata seorang biarawan muda melihat dia menatap Steve, lalu memperkenalkan.
"Ke ... kenapa dia menjadi biksu?"
"D

Haga clic para copiar el enlace
Descarga la aplicación Webfic para desbloquear contenido aún más emocionante
Encienda la cámara del teléfono para escanear directamente, o copie el enlace y ábralo en su navegador móvil
Encienda la cámara del teléfono para escanear directamente, o copie el enlace y ábralo en su navegador móvil