Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 8

Devin menyadari gerakan kecil Kaira dan tertawa menggoda. "Eh, cemburu nih? Kalau kamu mau, usaha sedikit. Siapa tahu hari ini Kak Mike lagi senang dan kasih kamu kesempatan." Kaira ketakutan sampai tak berani bicara, hanya menundukkan kepala dan berpura-pura acuh tak acuh. Devin merasa Kaira sangat membosankan dengan sikap pengecutnya itu. Bukankah tadi dia masih cukup berani? Kok sekarang jadi penurut secepat itu? Karena Kaira tidak menarik baginya, dia pun kembali mengalihkan perhatiannya ke Mike. "Kudengar kamu bahkan membawa dia ke vila di pinggiran kota yang kamu pakai buat pelihara anabul? Bukankah ini namanya pelihara wanita simpanan di rumah mewah?" "Itu ulah orang tua." Mike menggoyangkan gelas anggurnya dengan ringan, ekspresinya tetap datar. Kaira menggenggam botol anggur erat-erat, buku jarinya memutih karena tekanan. Dia tak menyangka Kak Lydia dibawa ke vila itu karena kejadian malam itu. Jadi Mike mengira Kak Lydia adalah dia? Kaira tidak berani berpikir lebih jauh. Situasinya sudah jadi seperti ini, lebih baik berpura-pura tidak tahu saja. Malam itu hanyalah sebuah kecelakaan, sejak awal dia juga tidak berniat mendapatkan apa pun dari Mike. Kak Lydia sudah sangat baik padanya, dia tidak boleh membuat masalah untuk Kak Lydia hanya karena kejadian ini. Devin bertanya dengan penasaran, "Kenapa nggak ajak wanita simpanan itu buat ikut main?" "Bosan." Jawaban Mike membuat Devin sedikit terkejut, lalu dia pun tertawa menggoda. "Nggak mungkin, 'kan? Dari antara kita semua, kamu kelihatan paling lurus dan serius, tapi ternyata kamu yang paling bejat? Cuma semalam dan udah bosan?" "Mungkin." Nada bicara Mike tetap datar, tetapi dia langsung meneguk habis isi gelas anggurnya. Biasanya, meski minum, Mike hanya menyesap sedikit saja. Tetapi kali ini, dia langsung minum setengah gelas dalam sekali teguk. Devin mengusulkan, "Kalau sudah jadi pria bejat, sekalian saja. Malam ini bawa satu cewek lagi pulang, biar makin bejat." Mike melirik Devin sekilas, tatapannya penuh rasa malas dan enggan. "Tak perlu." "Lihat, kamu tuh paling suka jaim." "Aku takut kena penyakit." "Aku nggak punya penyakit!" "Kamu tahu dari mana kalau yang kumaksud itu kamu?" "Puff!" Devin saking kesalnya hampir meluap amarahnya. Mike memang jago banget kalau soal menusuk orang. Sekali tusuk, langsung kena di titik lemah. Pesta ini baru berakhir setelah Devin mabuk. Dia dibantu dua pengawal untuk keluar, tetapi saat diangkat pergi pun masih sempat menggoda Mike. "Kak Mike, kalau kamu memang tertarik, tanya namanya dong. Biar kalau kita main lagi, dia bisa dipanggil!" Mike sama sekali tak menggubris omongan Devin yang mengigau, hanya mengambil segepok uang dari dompetnya dan meletakkannya di meja. "Ini tip untukmu." Setelah itu, dia langsung pergi tanpa ragu. Dia bahkan tidak menanyakan Kiara. Kaira bahkan belum sempat bilang "terima kasih", langsung tanpa sungkan mengumpulkan semua uang di meja. Malam ini dia sudah melakukan pekerjaan di luar tugasnya, jadi uang ini memang haknya! Dia tak bisa menahan diri untuk mengagumi kemurahan hati Mike. Beri tip saja, langsung segepok tebal! Begitu semua orang di ruangan itu pergi, suasana pun jadi lebih tenang. Para pelayan diam-diam mulai beres-bereskan ruangan dan Kaira pun ikut sibuk merapikan semuanya. - Di sudut lorong dekat ruang ganti, di tempat sepi tanpa orang .... Agnes, yang sudah lebih dulu pulang dan mengambil ponselnya, diam-diam menelepon Lydia. Dia menelepon berkali-kali sebelum akhirnya dijawab. Agnes tersenyum dan membuka suara. "Lama tak jumpa, baik-baik saja, 'kan?" Dari seberang telepon, Lydia mendengus dingin dengan penuh ketidaksabaran. Kalau bukan karena Agnes terus-menerus menelepon, dia sebenarnya malas menjawab. Mereka berdua masuk ke Klub Sarna di waktu yang sama dan sama-sama sudah cukup lama bekerja di sana. Tentu saja, selama ini mereka sering bersaing dan tidak akur satu sama lain. Lydia sangat paham, jika Agnes meneleponnya, pasti bukan untuk hal baik. "Cepat katakan apa maumu." "Oke, aku langsung ke titik masalahnya saja." Lydia diam saja dan Agnes pun melanjutkan. "Aku sudah tahu rahasiamu. Jadi, bagaimana rencanamu menutup mulutku?" "Pelacur murahan, jangan sok menggertak aku. Tak ada gunanya." "Haha, kamu benar-benar beruntung, ya. Nggak disangka, yang jemput kamu ternyata Keluarga Kirwan. Mereka semua percaya kalau kamu tidur dengan Tuan Mike, 'kan? Aku tadi dengar langsung saat antar minuman ke ruangan mereka." "Lalu kenapa kalau kamu tahu?" "Aku bukan hanya tahu soal itu. Aku juga tahu sesuatu yang lain. Malam itu, orangnya bukan kamu." Lydia terdiam sejenak, napasnya sedikit tersendat. Kemewahan yang ada di hadapannya sekarang, mana mungkin ada orang yang bisa menolak? "Kamu punya bukti?" Agnes tersenyum penuh percaya diri. "Kalau nggak ada bukti, aku tentu tak berani bicara sembarangan. Malam itu aku juga sedang kerja, aku melihat semuanya. Setelah mabuk, kamu tidur mendengkur di ruangan kosong. Saat itu aku bahkan diam-diam memotret wajah tidurmu yang jelek dan foto itu masih ada di ponselku." "Kamu ...." Lydia hampir meledak saking marahnya. Awalnya dia mengira rencananya sudah sempurna dan tak mungkin ketahuan. Tapi ternyata, sialnya, Agnes malah melihatnya! "Jadi, kamu mau apa?" "Kak, kamu sudah naik daun dan menikmati kemewahan. Masa sih kamu lupa sama saudari lamamu ini? Aku lagi butuh uang nih, bagaimana kalau kamu kasih aku empat miliar buat belanja?" "Empat miliar? Kamu memang berani minta! Mana aku punya uang segitu?" "Kamu sudah tinggal di rumah orang kaya, duit segitu pasti cuma recehan buatmu, 'kan? Lagi pula, kalau aku sampai bilang ini ke Tuan Mike, jangan bilang kemewahan, nyawamu saja mungkin tak akan selamat. Jadi, ini sebenarnya aku lagi bantu kamu, ngerti nggak?" - Pukul tiga dini hari. Kaira kembali ke ruang istirahat dan menghitung uang tip dari Mike. Totalnya ada 3,2 juta, ditambah komisi dari supervisor yang langsung masuk, totalnya lebih dari 16 juta. Seharian ini dia berhasil mengumpulkan hampir 20 juta! Malam ini, dia pasti bisa tidur nyenyak sambil bermimpi indah. Dengan ini, utangnya ke Lydia bisa segera lunas! Setelah mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian kasual, Kaira keluar dari Klub Sarna. Dia mulai berpikir, ingin makan apa di jajanan malam untuk merayakannya sedikit. Saat menengadah, terlihat olehnya sebuah Maybach mencolok yang diparkir di pinggir jalan. Mike berdiri di samping, sedang merokok. Jari-jari panjangnya menjepit rokok, ujungnya menyala merah. Cahaya lampu jalan menerpa wajahnya, menonjolkan wajahnya yang tajam dan tampan. Kontur wajahnya bagaikan lukisan minyak yang sempurna.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.