Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7 Diagnosis Awal, Ini Cinta

Ricky tidak langsung menjawab. Dia duduk, aku pun ikut duduk. "Kenapa tertarik padaku? Karena pernah tidur semalam?" "Saat melihatmu, jantungku berdetak lebih cepat, dan otakku sempat kosong sebentar. Saat bersamamu aku sangat bersemangat. Diagnosis awalku, ini mungkin cinta, aku menyukaimu." Aku tidak tahu kenapa kata-kata itu keluar begitu saja. Ricky tertawa pelan. "Dokter Keisha, aku rasa diagnosismu salah." "Belum pernah ada yang meragukan kemampuan medisku." Aku mendongak sambil mendengus. "Dokter nggak bisa memeriksa dirinya sendiri." "Kamu menolakku?" Ricky melihat kejauhan, matanya dalam, seolah sedang memikirkan sesuatu. "Aku nggak akan menikah," katanya, lalu mengambil botol air dan minum dalam tegukan besar dan melanjutkan, "Setidaknya, sementara ini nggak akan dipikirkan." "Hanya itu?" "Kamu mau seumur hidup nggak menikah, hanya karena menyukaiku?" Mata Ricky yang dalam seolah menyimpan kilau aneh. "Nggak bisa?" "Aku nggak punya uang, nggak punya status! Aku hanya orang miskin." "Aku dokter terkenal, aku punya uang!" "Berapa usiamu?" "Dua puluh tujuh." "Aku kira tujuh belas." Obrolan itu berakhir begitu saja, dipotong oleh guyonan Ricky. Kami makan sesuatu di puncak gunung, lalu turun gunung lagi. Ponsel yang aku simpan di mobil ada banyak panggilan tidak terjawab. Itu panggilan dari Virna. "Keisha, kamu di mana?" Virna bertanya cemas. "Aku ada di luar." "Datang ke rumah sebentar." "Baik." Aku menutup telepon dan pergi bersama Ricky ke rumah Keluarga Purwata. Saat sampai di rumah Keluarga Purwata, langit sudah hampir gelap. Virna kaget saat melihatku dan Ricky turun dari mobil bersama. "Kalian ...." "Kami pergi memanjat gunung," jawab Ricky. Selesai bicara, dia langsung masuk ke rumah. "Keisha, kenapa kamu bisa bersama Ricky?" "Kami memanjat gunung bersama. Rumah sakit memberiku cuti sebentar. Jadi keluar bersantai." "Oh, bagus juga." Virna mengangguk, ingin bertanya tapi menahan diri. "Guru, ada apa?" "Aku sudah mendengar kejadian pagi ini, aku juga sangat marah. Kami sudah memanggil Owen dan artis kecil itu, sebentar lagi mereka datang. Hari ini kita selesaikan semuanya." "Siapa yang selesai dengan siapa?" Ricky bertanya. "Tentu saja Owen dengan wanita jahat itu!" Virna berkata. Ricky tertawa. "Aku mandi dulu, nanti lihat pertunjukan." Aku duduk di sofa sambil memijat dahi, masalah ini masih belum selesai. Setelah beberapa saat, Owen datang bersama Gabrielle. Gabrielle tampak lemah, seperti mau menggunakan taktik kasihan. Ricky sudah berganti baju, turun ke lantai bawah dan duduk di sofa, tampak siap menonton pertunjukan. "Hari ini kami memanggilmu ke sini untuk mengatakan semuanya dengan jelas, jangan bawa trik dunia hiburan ke Keluarga Purwata. Kali ini kamu memanggil wartawan buat keributan di rumah sakit, membuat kami sangat jijik. Semakin kamu memakai cara kotor, kami akan semakin membencinya." Virna berkata pada Gabrielle dengan wajah cemberut. "Owen, aku nggak ...." Gabrielle meminta bantuan pada Owen dengan lemah, seolah satu ruangan sedang menindasnya sendirian. "Ibu, bukan Gabrielle yang lakukan." Owen mencoba menenangkan. "Kamu diam!" Virna membentak Owen. Virna melanjutkan bicara dengan Gabrielle, "Kamu nggak melihat kondisi tubuhmu sendiri? Dengan kondisi begini kami masih mau masuk keluarga kami?" "Ibu! Gabrielle baru keguguran, bisa nggak sedikit lebih ramah! Kamu kira Keisha wanita baik? Dia malah selingkuh dariku!" Owen terprovokasi dan menunjukku dengan marah. "Kamu bicara omong kosong apa? Memangnya aku nggak tahu Keisha orang seperti apa? Kamu, kamu, kamu ...." Virna menekan dadanya karena marah. Dia sampai tidak bisa bicara. "Lihat apa yang dia lakukan!" Owen menatapku dengan tajam dan melemparkan setumpuk koran dari tasnya.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.