Bab 46
"Ayah, kami sibuk berjualan di warung, jadi mungkin nggak bisa mengantar makanan tepat waktu. Jangan sungkan, kalau sudah waktunya makan, Ayah beli saja makanan dengan Kakak."
Tomi melirik Monica. "Anak ini. Ayahmu bukan orang yang pelit. Ayah nggak butuh uang itu. Bukannya kakakmu yang terlalu sayang uang. Kamu cepat pergi saja, jangan khawatirkan Ayah."
Jerry tidak bisa berkata-kata. Ayahnya terlalu berlebihan. Jelas-jelas dia sendiri yang tidak rela mengeluarkan uang untuk beli makan, akhirnya dia juga harus ikut menahan lapar.
Mata Tomi penuh senyum. Nasi semur buatan putrinya ada yang suka. Ini sepenuhnya bisa dijadikan usaha jangka panjang.
Desa Waringin hanyalah desa miskin di bawah Provinsi Jiraya. Angin reformasi belum sempat bertiup sampai ke desa terpencil itu.
Kabar mengatakan orang-orang di selatan sudah ada yang lebih dulu kaya, bahkan ada yang jadi jutawan. Tomi sendiri tidak punya ambisi sebesar itu. Dia hanya berharap kalau usaha ini bisa jalan, kehidupan keluarganya b

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda