Bab 218
Setelah mendengar ucapan Nindi, ekspresi orang tua itu refleks terlihat canggung. Dia berkata, "Maaf, ya, Nak. Kalau ada yang kamu butuh, bilang saja. Sepertinya, barang-barangmu nggak banyak."
"Nggak usah, Tante. Terima kasih."
Seorang gadis berambut pendek menarik tangan ibunya seraya berkata, "Bu, sudah kubilang jangan banyak bertanya."
Gadis berambut pendek itu pun menoleh ke Nindi, terlihat agak malu seraya berkata, "Hai, aku Galuh. Jangan diambil hati soal ucapan ibuku tadi, ya."
"Nggak apa-apa."
Nindi sudah memutuskan sejak awal untuk tidak mengungkapkan dirinya berasal dari keluarga Lesmana. Kepada orang lain, dia hanya akan bilang bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal.
Seorang gadis lain juga mendekat dan memperkenalkan diri. "Aku Jihan. Aku anak tunggal, terbiasa sendiri. Semoga kalian nanti nggak terlalu berisik."
Nindi dan Galuh saling bertukar tatap, seolah-olah keduanya sudah sepaham.
Sepertinya, Jihan bukan orang yang mudah untuk diajak bergaul.
Asrama ini dihuni empa

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda