Bab 371
Darah segar langsung mengucur, lalu menetes ke lantai.
Melihat darah merah itu, napas Nindi tercekat.
Dia tak menyangka Nando benar-benar melukai dirinya sendiri.
"Kamu gila, ya?" teriaknya.
Candra juga terkejut. Dia buru-buru merebut pecahan porselen dan menekan pergelangan tangan Nando. "Bos, kenapa kamu nggak sayang badanmu sendiri?"
Namun, Nando seperti tak merasakan apa-apa.
Nando menatap Nindi. "Kalau aku mati, perusahaan bakal jadi milikmu. Jangan lupa jenguk aku di Hari Pembersihan Makam."
Tangan Nindi perlahan mengepal.
Cakra berdiri di depan Nindi, menghalangi pandangannya.
Dia menunduk menatap Nindi, "Jangan lihat."
Nindi berdiri mematung di tempatnya. Dia menundukkan pandangannya, memperhatikan darah di lantai yang makin banyak.
"Bos, ayo kita ke rumah sakit!"
Namun, Nando tetap diam, terus memandang Nindi dengan tatapan keras kepala.
"Nona Besar Nindi, aku mohon biarkan bos pergi ke rumah sakit. Ini bisa membahayakan nyawanya. Dia benar-benar bisa mati."
Nindi dengan susah

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda