Bab 407
Brando berkata sekali lagi, "Sudah ngerti 'kan sekarang?"
Ia tetap yakin bahwa dirinya mampu menundukkan Nindi.
Nindi tertawa terbahak-bahak, tatapan matanya yang dingin tampak begitu acuh.
Tatapan Brando bertemu dengan senyum wanita itu, membuatnya merasa sedikit canggung. "Ada yang lucu?"
"Kamu segitu pedulinya sama adikmu ini, ya?"
Nindi yang terduduk di kursinya tampak tersenyum tipis. "Kalau bukan itu, kenapa kamu terus maksa aku pulang ke rumah? Bukannya dengan adanya Sania sudah cukup, ya?"
Brando menatap tajam ke arahnya. "Nindi, aku nggak suka tatapanmu itu."
"Bagus, aku juga nggak suka tuh sama tatapanmu. Kita impas dong."
Nindi memutar kursinya. "Aku masih ingat, dulu waktu kecil, setiap kali kamu diperlakukan buruk di luar rumah, pasti pulangnya melampiaskan padaku. Sekarang, siapa lagi yang bikin kamu kesal?"
"Nindi, mending pikir dulu deh kalau mau ngomong. Nggak ada untungnya buat kamu kalau sampai aku marah. Coba pikirin teman-teman sama tim kamu itu."
"Menang jadi aran

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda