Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1222 Penyamaran

Karl baru pulang bekerja saat mendengar dari kepala pelayan kalau Sally datang hari ini. “Apa Yetta melakukan sesuatu?” tanya Karl sambil membuka jasnya. Kepala pelayan segera mengambil jas dari tangan Karl saat menjawab, “Nona Muda tidak melakukan apa pun.” “Di mana dia sekarang?” Karl melonggarkan dasinya. “Di atas.” Karl melihat ke lantai atas, dan dia mengernyitkan dahinya, “Apa dia pergi mengunjungi Nyonya Besar?” Kepala pelayan mengangguk, “Ya.” “Baguslah kalau begitu.” Karl membuka kancing lengan bajunya dan melipatnya dua kali untuk memperlihatkan pergelangan tangannya yang ramping. Dia bersiap untuk pergi ke ruang tamu. “Nona Muda.” Tiba-tiba terdengar suara kepala pelayan. Karl berbalik dan melihat Yetta muncul entah dari mana. Wanita itu menatapnya dengan dingin. Karl tesenyum, tapi senyumnya terlihat sinis, “Aku tidak mengatakan hal buruk tentangmu.” Yetta menatap pria itu dalam diam. Setelah beberapa saat, dia akhirnya bicara, “Aku perlu bicara denganmu.” Karl mengangkat alisnya karena terkejut. Apa matahari terbit dari barat? Wanita itu benar-benar ingin membicarakan sesuatu dengannya dengan kemauannya sendiri! “Mengenai apa?” Karl menahan rasa terkejutnya di dalam hati dan bertanya dengan tenang. “Ayo bicara di ruang kerja.” Begitu dia mengatakan itu, Yetta berbalik untuk menuju ruang kerja. Karl membeku di tempat untuk sesaat sambil merenung, sebelum akhirnya dia berjalan menaiki tangga. Begitu masuk ke dalam ruang kerja, dia melihat Yetta berdiri di samping jendela. Dia menghampiri wanita itu dan bertanya dengan lembut, “Apa yang mau kau bicarakan?” Yetta menoleh, tatapannya yang dingin tertuju pada Karl, dan berkata, “Aku mau menikahi Farrel.” Suaranya yang teduh itu seolah-olah seperti sedang mengatakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dirinya. “Menikah?!” seru Karl dengan terkejut, “Apa kau sudah gila?” “Aku tidak gila.” Yetta mengalihkan pandangannya ke arah jendela sekali lagi. Karl tertawa dengan dingin, “Jika kau tidak gila, kenapa kau tiba-tiba berpikir untuk menikahi pria yang sudah menikah?” “Karena Nenek.” Karl terdiam begitu wanita itu menyebut Nyonya Besar. Ruang kerja itu menjadi sangat hening. Yetta menutup matanya, menyembunyikan rasa sedihnya saat dia berkata dengan perlahan, “Dia satu-satunya keluarga yang aku punya di dunia ini. Dia bilang dia mau melihatku menikah, bagaimana mungkin aku mengecewakannya?” Satu-satunya keluarga? Karl tersenyum pada dirinya sendiri. Ternyata di dalam hati Yetta, dia bahkan bukan keluarga. Wanita itu benar-benar tidak punya hati. “Karena itu, Farrel dan aku harus menikah.” Yetta berbalik dan secara tidak sengaja melihat wajah Karl yang tampak terluka. Entah kenapa, hatinya terasa seperti ditusuk. Dengan cepat dia mengalihkan pandangan, dan berkata dengan tenang, “Aku mau kau mengaturnya.” Karl menoleh dan tersenyum, “Yetta, apa yang kau inginkan dariku?” Suaranya terdengar berat, seperti menahan perasaan. Rasanya seperti tuduhan. Yetta pura-pura tidak mendengar pertanyaan pria itu saat dia berkata, “Jika bukan karena nenek dulu yang memaksa, orang tuaku tidak akan mengadopsimu. Karena itu, semua yang kau punya hari ini adalah karena nenek.” Karl tertawa saat mendengarnya, wajahnya terlihat mengejek, “Maksudmu aku harus membalas budi?” “Apa kau tidak mau?” Yetta menolehkan kepalanya dan menatap Karl dengan tatapan kosong. Bukannya dia tidak mau. Hanya saja... Karl menarik napas dalam-dalam, “Baiklah, aku akan mengaturnya.” Yetta tidak tertarik berbicara lagi dengannya tentang hal lain setelah mendapat apa yang dia inginkan. Dia melewati pria itu saat berjalan ke arah pintu. “Yetta!” Karl tiba-tiba memanggilnya. Yetta berhenti, tapi tidak menoleh ke belakang. Karl berbalik untuk menatapnya, matanya dipenuhi dengan rasa kasihan, “Apa yang sudah diambil harus dikembalikan suatu hari nanti.” Bahkan jika Farrel kehilangan ingatannya sekarang, mungkin dia akan ingat kembali nanti. Saat itu tiba, apa yang akan Yetta lakukan? Yetta mengepalkan tangannya, wajahnya yang mungil berubah dingin. Dia berkata, “Jangan ikut campur dengan urusanku,” sebelum akhirnya keluar ruangan. Jangan ikut campur dengan urusanku. Karl tertawa pelan, tapi tawa itu terdengar getir dan sinis. Saat dia tertawa, air mata mulai berjatuhan. Kenapa wanita itu tidak mengerti niatnya? Dia tidak mau Yetta terus membuat kesalahan, dia tidak mau melihatnya terus terluka. Sambil menghapus air mata, dia menarik napas dalam-dalam dan menahan rasa sakit yang dia rasakan. Ekspresinya berubah saat dia membulatkan tekad. Karena Yetta memutuskan untuk tetap memilih jalan itu, dia harus menjadi orang jahat. Dia harus menghentikan wanita itu membuat kesalahan lainnya!. ... Xayne dan Henry membawa obat baru yang mereka kembangkan dan hal lain ke Ibu Kota. Saat Sally melihat mereka, dia kira-kira bisa menebak apa yang Yves maksud saat dia berkata, "Solusi dipikirkan oleh banyak orang". “Nyonya Muda.” Xayne dan Henry memberi hormat padanya. Sally tersenyum tipis, “Pasti berat untuk kalian.” “Tidak sama sekali.” Xayne melangkah maju dan menyerahkan obat hasil pengembangan terbaru. “Ini obat yang baru. Selain bisa menekan patogen, yang lebih penting obat ini bisa memperkuat sistem kekebalan tubuhmu.” “Obat ini tetap tidak bisa membunuh patogen itu?” tanya Felix dengan penasaran. Xayne dan Henry menghabiskan banyak waktu untuk meneliti obat baru ini, seharusnya efeknya tidak hanya sedikit. Henry tersenyum, “Tuan Muda Kedua, bukannya tidak bisa, tapi perlu waktu. Kami tidak berani untuk memberi jaminan kalau obat ini bisa membunuh patogen itu.” “Tidak apa-apa, sudah cukup bagus kalau obat ini bisa menekan patogen.” Sally takut mereka akan menyalahkan diri mereka sendiri, jadi dia buru-buru menenangkan mereka. “Nyonya Muda, segera beri tahu aku dan Henry jika kau merasa tidak sehat setelah meminum obat itu,” kata Xayne. Sally mengangguk, “Baiklah.” Saat itu, Yves yang diam saja selama ini akhirnya bicara, “Apa kalian membawa apa yang aku minta?” “Ya.” Henry meletakkan sebuah kotak di meja. Saat dia membukanya, di dalam kotak itu terdapat topeng kulit manusia. Felix mengernyitkan dahinya, “Apa itu?” “Bukankah Sally akan pergi ke kediaman keluarga Simpson sebagai seorang pelayan? Topeng ini akan membuatnya bisa masuk ke sana tanpa halangan sedikit pun,” jelas Yves. Sally cukup terkejut, “Kau ingin aku mengubah penampilanku?” Jika dia tidak melihat topeng kulit manusia itu dengan matanya sendiri, dia tidak akan percaya kalau benda seperti itu benar-benar ada. Henry meletakkan topeng itu di tangan Sally dan menjelaskan cara menggunakannya dengan sungguh-sungguh. Felix mengernyitkan dahinya, “Apa kau yakin ini akan berhasil?” Yves tersenyum dan menepuk bahu pria itu, “Xayne dan Henry adalah anak buah kakakmu. Apa kau tidak percaya pada mereka?” “Tentu saja aku percaya. Aku hanya takut jika kakak iparku membongkarnya tanpa sengaja, apa itu akan berbahaya?” Ini adalah kekhawatiran Felix yang paling besar. “Apa menurutmu aku akan membiarkan Sally pergi ke kediaman keluarga Simpson sendirian?” Saat Felix mendengarnya, dia berbalik dan bertanya dengan ragu-ragu, “Kalau begitu kau...” Yves tersenyum, “Semua pelayan yang masuk ke dalam kediaman keluarga Simpson adalah anak buahku. Jangan khawatir, Sally akan baik-baik saja.”

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.