Bab 7 Aku Butuh Sebuah Pernikahan
Carmel menatap putrinya dengan linglung.
Evelyn menggenggam tangan Carmel yang sedikit dingin, lalu berkata dengan lembut, "Ibu harus berhati-hati dengan Ayah."
Dia berkata, "Apalagi masalah uang. Ibu harus tanya tentang pengeluaran rumah tangga dan rekening perusahaan. Nggak peduli bagaimanapun juga ini adalah hal yang baik kalau Ibu pegang banyak uang."
Carmel bukanlah orang yang bodoh.
Bagaimana mungkin dia tidak bisa memahami maksud putrinya?
Carmel teringat dengan sikap aneh Victor hari ini dan perilaku biasanya.
Dia tiba-tiba merasa sesak napas.
"Eve, Ibu paham," katanya dengan suara yang serak.
Setelah kembali ke kamar, Evelyn mengunci pintu kamarnya.
Dalam surat wasiat kakeknya, Evelyn memiliki saham di Grup Galary.
Hanya saja persyaratannya adalah jika Evelyn masih belum menikah sebelum berusia 25 tahun, maka sahamnya akan dikelola oleh orang tuanya. Jika Evelyn sudah menikah, maka dia akan memperoleh hak pengelolaan secara langsung sebesar 40%.
Di kehidupan sebelumnya, besok dia akan menikah dengan Devan dan mendapatkan hal pengelolaan.
Hanya saja pernikahan mereka dibatalkan saat ini, Devan sudah bukan merupakan calon suaminya lagi.
Jadi dia harus segera mencari pasangan yang cocok untuk melindungi harta yang ditinggalkan oleh kakeknya, tidak membiarkan Victor dan Devan mendapatkan kesempatan dari hal ini.
Saat berpikir seperti ini, Evelyn mengeluarkan ponselnya untuk mencari kontak Kinanti Sorida di WhatsApp-nya.
[Kinan, apakah kamu sibuk?]
Begitu pesan ini terkirim, Kinanti langsung meneleponnya.
Suaranya terdengar sangat cemas.
"Eve! Tadi orang-orang bilang kalau Devan pergi ke rumahmu untuk membatalkan pernikahan, selain itu dia juga mau nikah dengan Sisca yang untuk sementara tinggal di rumahmu. Apakah ini benar?!"
Evelyn memijat alisnya. "Benar."
"Astaga!" Kinanti langsung berkata dengan marah, "Apakah dia nggak punya otak? Dia nggak mau nikah dengan wanita cantik sepertimu demi wanita munafik? Dia benar-benar buta!"
"Aku sudah pernah bilang kalau Devan cuma terlihat lembut di luar, tapi sebenarnya dia punya banyak niat jahat dan nggak cocok denganmu! Tapi kamu nggak percaya dengan ucapanku!"
Kinanti berkata dengan marah dan terus memaki Devan.
Rongga mata Evelyn sedikit memanas.
Benar sekali. Kalau dia mendengar ucapan Kinanti di kehidupan sebelum ini, bagaimana mungkin dia akan ditipu oleh pria itu?
Untung saja Tuhan menyayanginya dan memberinya kesempatan untuk memilih kembali.
Setelah suasana di ujung lain panggilan sedikit menenang, Evelyn baru berkata, "Kinan, dulu kamu pernah bilang padaku tentang kakak sepupu jauhmu ...."
"Yang mana?" Kinanti tertegun sejenak.
"Orang yang masih lajang dan terus dipaksa untuk nikah."
"Oh ... dia!"
Suara Kinanti langsung meninggi, dengan rasa tidak percaya dan bahagia.
"Kenapa kamu tanya dia? Jangan-jangan ... kamu sudah berpikir dengan jernih?"
Evelyn bergumam dengan rendah. "Apakah dia masih butuh pasangan?"
"Tentu saja masih!"
Kinanti sangat bersemangat sampai melompat dari sofa.
"Kakak sepupuku itu sangat tampan, tingginya 1,88 meter, bahunya sangat lebar. Dia juga punya pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang. Dia terlihat kurus saat pakai baju, tapi sangat berotot saat nggak pakai baju!"
"Selain itu temperamennya juga buruk, sedikit dingin dan juga .... Hm, nanti kamu juga tahu setelah ketemu dengannya."
"Tapi aku jamin karakternya benar-benar sangat baik! Bahkan ratusan kali lipat lebih baik daripada pria bajingan seperti Devan!"
Sudut mulut Evelyn sedikit terangkat saat mendengar rekomendasi Kinanti yang tidak ada habisnya.
"Kinan, apakah kamu bisa bantu aku buat janji dengannya?"
"Nggak masalah, serahkan hal ini padaku! Aku akan hubungi dia! Tapi Eve, apakah kamu benar-benar yakin?"
"Hm," kata Evelyn dengan tenang. "Aku butuh pernikahan."
Kinanti terdiam selama beberapa detik, lalu berkata dengan serius, "Eve, apakah kamu sangat terpukul karena Devan batal pernikahan kalian? Kamu nggak boleh nikah karena sedang merajuk atau marah ...."
"Bukan merajuk," selanya dengan cepat. "Pikiranku sangat jernih. Kinan, nanti aku akan jelaskan alasannya secara rinci padamu, tolong bantu aku buat janji dengannya. Lebih cepat lebih baik."
"Baik, tunggu kabar dariku. Aku akan kirim waktu dan lokasinya padamu kalau berhasil."
Kinanti melakukan hal ini dengan cepat, dia langsung mengirim pesan pada malam itu.