Bab 9 Menikah
"Aku cuma punya satu syarat," kata Bryan sambil sedikit mengangkat dagunya. "Aku nggak tertarik dengan wanita, aku nikah cuma untuk menangani masalah keluargaku. Jadi, jaga dirimu baik-baik. Jangan punya pikiran yang nggak pantas padaku."
Evelyn kembali menatap pria ini dari atas sampai bawa.
Bahu yang lebar, pinggang yang ramping, kedua kaki yang jenjang. Kausnya bahkan menunjukkan otot dada dan lengannya yang kuat.
Bahkan seseorang hampir bisa merasakan kekuatan yang kasar dan lonjakan hormon dari balik pakaian ini.
Bagaimana mungkin pria seperti ini tidak memiliki kebutuhan?
Jika dia tidak tertarik dengan wanita, maka ... dia tertarik dengan pria?
Jadi ini adalah pernikahan yang didasarkan atas kemudahan.
Dengan ini Bryan bisa menangani anggota keluarga yang terus mendesaknya untuk menikah dan terus menjalani kehidupan "menariknya"?
Saat melihat ekspresi di wajah Evelyn yang terus berubah-ubah, Bryan bertanya sambil mengerutkan keningnya, "Kenapa? Kamu nggak bisa melakukannya?"
Evelyn mengerutkan bibirnya, lalu tersenyum tipis. "Kebetulan sekali aku juga nggak tertarik dengan pria, apalagi ... pria sepertimu."
"Pikiranku sangat jernih dalam hal perasaan," kata Evelyn sambil mengerjapkan matanya, senyumnya bahkan semakin terlihat polos. "Jangan khawatir, aku nggak akan punya perasaan apa pun padamu. Hubungan kita cuma untuk saling dapat apa yang menguntungkan untuk kita!"
Bryan, "..."
Kenapa dia merasa tatapan wanita ini sedikit aneh?
Dia berbalik untuk memasuki Kantor Catatan Sipil dengan langkah yang besar.
Pergelangan kaki Evelyn masih belum pulih, selain itu juga kembali terasa sakit karena berdiri terlalu lama.
Jadi dia berjalan dengan lambat, sama sekali tidak bisa mengikuti kecepatan kaki panjang pria itu.
Saat melihat sosok itu hendak menghilang, Evelyn terpaksa berteriak untuk memanggilnya. "Bryan, tunggu aku!"
Pria itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh dengan tidak sabar.
"Kenapa kamu lamban sekali?" Seperti seekor siput.
Saat Evelyn hendak menjelaskan hal ini, pria itu kembali ke sisinya dalam beberapa langkah.
Pada detik berikutnya, dia langsung digendong oleh pria itu!
"!" Evelyn menatapnya dengan terkejut, jantungnya bahkan berdetak dengan cepat.
Pria itu menggendongnya dengan lengannya yang kuat dan kokoh, sama sekali tidak terlihat kesulitan.
Melalui kain pakaian yang tipis, Evelyn bahkan bisa merasakan kekuatan otot lengannya dan hawa panas yang tersebar dari dadanya.
"Wah, tampang sekali!"
"Mereka benar-benar sangat romantis!"
Tiba-tiba terdengar seruan di sekitar.
Telinga Evelyn langsung memerah.
Selama dua kehidupan ini, dia tidak pernah digendong seperti ini di depan umum!
Dia tidak bisa menahan diri untuk berkata dengan suara yang rendah, "Pak Bryan, tolong turunin aku, aku bisa jalan sendiri."
Pria itu menunduk untuk meliriknya.
Terdapat tatapan meremehkan di matanya, seolah-olah sedang mempertanyakan ucapannya.
Evelyn, "..."
Dia segera berhenti meronta, lalu membenamkan kepalanya di dada pria itu.
Dia tidak akan merasa malu jika tidak melihat wajah pria itu!
Tubuh Bryan menegang sejenak. Dia berjalan ke depan loket dalam beberapa langkah, lalu menurunkan Evelyn di atas kursi.
Bahkan wanita paruh baya yang duduk di balik kaca juga tersenyum sambil menatap mereka berdua, "Kalian romantis sekali. Ayo diisi formulirnya."
Evelyn, "..."
Dia sangat ingin mencari tempat persembunyian saat ini.
Efisiensi petugas sangat tinggi.
Mengisi formulir, mengambil foto dan mengucapkan sumpah.
Terdapat beberapa jarak di antara loket. Jika Evelyn bergerak sedikit lebih lambat saja, kedua lengan besi itu akan langsung menggendongnya tanpa ragu-ragu.
Saat Evelyn digendong oleh pria itu di dalam aula, dia tidak bisa menahan diri untuk memikirkan luka di pergelangan kakinya.
Hal ini terjadi saat mereka sedang berada dalam perjalanan ke bar pada malam kemarin lusa. Devan terus menunduk untuk menatap ponselnya dan menerobos lampu merah. Evelyn melihat ada sebuah mobil yang melaju ke arah Devan, jadi dia segera menarik pria itu kembali, lalu pergelangan kakinya terkilir.
Hanya saja, pria itu malah berkata sambil mengerutkan keningnya, "Kenapa kamu nggak hati-hati?"
Kemudian Devan meminta Sisca untuk membantunya menyeberangi jalan, pria itu sama sekali tidak mengulurkan tangan untuk membantunya.
Jika kedua orang ini dibandingkan suami di depannya memang terlihat pemarah dan kasar, tapi ... tidak buruk juga.