Bab 102
Bernard memandangi kebun sayur yang semarak, lalu menatap punggung pasangan lansia yang saling memapah untuk berjalan ke dalam rumah.
"Mereka suka dengan kehidupan pedesaan, nggak suka dengan bau rumah sakit."
"Makanya aku memberikan tempat ini kepada mereka."
"Semua yang ada di sini adalah hasil kerja keras mereka sendiri."
Ada suasana berat yang menyelimuti udara.
Sania menghentikan gerakannya sejenak, lalu mengambil sebatang wortel lagi.
Kelinci-kelinci itu tidak memahami situasi dan tetap berebut makanan yang ada di tangannya.
Saat ini, kerapuhan dan ketahanan hidup membentuk suatu kontras yang aneh.
"Apakah kamu ingin menyelamatkannya?" tanya Sania tanpa menoleh ke arah Bernard.
Bernard terdiam selama beberapa detik.
"Ya."
Satu kata yang sederhana dan tegas.
"Tetapi, aku bukan Tuhan."
Bernard menambahkan satu kalimat lagi, yang menyiratkan realitas yang cukup kejam.
"Kedokteran punya keterbatasan sendiri."
Sania menundukkan kepala dan menatap kelinci-kelinci itu.
"Ya, keterbatasan

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda