Bab 162
Melihat situasi makin genting, Windi benar-benar panik. Dia langsung berteriak ke dalam rumah dengan suara lantang.
"Kakek! Ayah!"
"Ada maling masuk rumah! Cepat keluar, tangkap malingnya! Ada orang mau manjat rumah kita!"
Tepat saat Bernard menekuk lutut, bersiap melompat ...
Lampu ruang tamu vila menyala terang dengan suara "klik", mengusir gelap di depan pintu.
Eko muncul dari dalam, mengenakan jubah tidur gelap, berjalan santai keluar.
Entah apa yang dia katakan, tetapi Bernard langsung menurut dan pergi begitu saja.
Windi mengumpat dalam hatinya, "Memang rubah tua!"
"Kalau aku tahu Ayah sehebat itu, tadi nggak perlu buang-buang tenaga maki-maki!"
"Tapi ya, puas rasanya maki dia!"
...
Keesokan harinya, pukul 9.30 pagi, Bernard langsung menerobos masuk ke kantor pusat Grup Lukman.
Dengan wajah penuh amarah, dia menggebrak masuk ke ruang kerja CEO Riko.
"Riko!"
Giginya bergemeletuk menahan emosi.
Riko duduk tenang di balik meja, mendongak saat mendengar suara, ekspresinya tetap dingi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda