Bab 165
Begitu telepon ditutup, pintu kantor langsung diketuk. Sania masuk dengan wajah penuh kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan.
"Kak Riko, kamu baik-baik saja? Soal berita itu ... " Dia ragu melanjutkan, tetapi sorot matanya jelas menunjukkan kegelisahan.
"Seluruh Grup Lukman sedang kacau. Banyak agen yang menelepon, menuntut penjelasan. Bahkan beberapa peserta penting di konferensi medis tahun depan tiba-tiba membatalkan keikutsertaan mereka ... "
Riko mendengar itu, tetapi hanya tersenyum pelan.
Dia mengangkat tangan dan dengan lembut mengusap kepala Sania, gerakannya seperti menenangkan anak kucing yang ketakutan.
"Tenang saja, Sania." Suaranya tetap stabil, penuh ketenangan yang menenangkan. "Semua itu bohong. Aku, Riko, berperilaku jujur dan terhormat, jadi nggak takut difitnah oleh siapa pun."
Difitnah?
Yang dia maksud itu ... Bernard?
Sania menggigit bibirnya. "Kalau begitu ... apa kita perlu segera mengeluarkan pernyataan resmi? Atau adakan konferensi pers untuk menjelaskan s

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda