Bab 181
Tangannya terhenti di udara, lalu segera ditarik kembali seolah tidak terjadi apa-apa.
"Sania." Suaranya dingin menusuk.
"Pikirkan tentang anak yang hilang itu, pikirkan tentang kelemahan Bernard terhadap pelaku, pikirkan tentang ketidakpeduliannya terhadapmu selama tiga tahun ini."
Setiap kata yang Riko ucapkan seperti pisau beracun yang menusuk tepat ke hati.
"Dia nggak pantas kamu bela, bahkan dengan satu kata pun!"
Tubuh Sania bergetar hebat, wajahnya seketika pucat. Tenggorokannya seperti tersumbat, tak ada sepatah kata pun keluar.
Dadanya terasa sesak dan sakit.
"Aku keluar dulu!" kata Sania lirih, sambil mengalihkan pandangannya, lalu berbalik dan hampir melarikan diri keluar dari kantor.
Ekspresi dingin di wajah Riko langsung runtuh, berganti dengan kepuasan.
Dia melangkah ke rak minuman, dan menuangkan segelas minuman alkohol. Cairan berwarna amber itu berkilau di dalam gelas kristal.
Selama ini dia tidak pernah menggelar konferensi pers. Dia hanya menunggu produksi dan uji co

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda