Bab 191
Bernard memang sangat mencintai Karina.
Mata Sania seketika berubah dingin.
Hatinya terasa sesak seolah ada yang menahan napasnya.
"Nona Sania, Anda sudah kembali."
Kepala pelayan rumah tangga yang entah sejak kapan sudah berlari menghampirinya berkata dengan hormat, suaranya diselimuti kehati-hatian.
"Pak Bernard sedang di kamar tidur."
Sania tersadar, lalu menyerahkan kotak isolasi yang selama ini dia peluk erat.
"Ini ... tolong segera simpan di lemari pendingin," ucapnya tanpa menyingkapkan emosi, "Kamu awasi, dan jangan biarkan siapapun mendekat, mengerti?"
"Baik." Dengan hati-hati, sang kepala pelayan menerima kotak logam yang berat itu, mengangguk serius, lalu segera berbalik pergi.
Sania menarik napas dalam-dalam, dan perlahan berjalan menuju rumah utama.
Aroma bunga lili menusuk hidungnya dengan begitu kuat.
Bau yang dulu paling dia cintai itu, kini membuat matanya perih dan nyaris menitikkan air mata.
Jalan ini pernah dia lalui berkali-kali, dengan langkah penuh kebahagiaan da

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda