Bab 26
Sania merasakan getaran di hatinya, berusaha menekan kecurigaan yang ada di dalam dirinya.
"Baiklah! Apa yang kamu inginkan sebagai balasan?"
Dengan sorot mata penuh hasrat yang mencurigakan, Bernard berjalan mendekat dan mencoba menyentuh wajahnya.
Namun, Sania refleks mundur satu langkah.
Bernard menatapnya. Sorot mata pria itu menyimpan gejolak emosi yang sulit dipahami.
"Kamu nggak suka aku menyentuhmu?"
Nada suara pria itu terdengar menyindir, tetapi terselip luka yang tak terlihat. "Dulu kamu sangat menyukainya."
Saat ini, semua momen-momen intim dan romantis bersama Sania memenuhi pikiran pria itu.
Tidak bisa disangkal, tubuhnya lebih jujur dalam menginginkan gadis itu dibandingkan hatinya sendiri!
Sania tiba-tiba menoleh, kemudian menyunggingkan senyuman dingin.
"Bernard, bagus juga ingatanmu, masih ingat masa lalu. Tapi, jangan lupa, sekarang kita nggak ada hubungan apa-apa!"
"Nggak ada hubungan apa-apa?" ejek Bernard. "Sania, selama surat cerai belum keluar, kamu masih istrik

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda