Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 271

Saat hitungan hampir mencapai 30 kali, akhirnya, Eko membuka matanya. Sania dan Toni sama-sama menghela napas lega. "Ayah, Ayah sadar! Syukurlah ... syukurlah ... " Sania memeluknya dengan penuh emosi, menangis tersedu-sedu. Eko menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. "Sania, Ayah baik-baik saja. Jangan menangis." Toni berdiri perlahan, menatap ayah dan putri yang saling berpelukan, lalu berbalik hendak pergi. Siluet punggungnya tetap tegap, tetapi kini menyimpan kesepian yang sulit diungkapkan. "Kak!" Sania tiba-tiba menoleh dan spontan memanggil Toni. Panggilan itu seperti mantra yang menghentikan langkah Toni. Toni berhenti. Tubuh Eko bergetar hebat, menatap Sania dengan tidak percaya. Sania, dengan mata penuh air mata, mengangguk kuat. "Toni?" Suara Eko bergetar hebat. Dia memegang lengan Sania agar bisa berdiri tegak, matanya terpaku pada sosok itu, bibirnya gemetar karena emosi. Toni berdiri diam, tidak berkata apa pun, tidak menoleh, tetapi tangannya mengepal kuat, dan matanya

Klik untuk menyalin tautan

Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik

Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.