Bab 280
"Jangan menangis!" Suara yang begitu akrab hingga membuat jantungnya bergetar terdengar dari atas kepalanya.
Suaranya Bernard.
Entah sejak kapan Bernard sudah berdiri di samping Sania.
Pipi Bernard masih merah, masih tampak jelas bekas tamparan yang dia terima pagi tadi.
"Maafkan aku." Suaranya serak, penuh rasa bersalah. "Pagi tadi ... aku terlalu impulsif, jadi buat kamu takut."
Dia menatap Sania dengan hati-hati, merendahkan sikapnya dan terus membujuk, "Jangan marah lagi, ya?"
"Maafkan aku!" Dia berlutut dengan satu kaki di atas rumput di hadapan Sania.
Bernard ... kapan pernah dia meminta maaf dengan cara serendah ini?
Dulu hal seperti ini sangat mustahil terjadi, karena kesombongan dan sikap tidak pedulinya sudah mendarah daging.
Namun, sekarang, dia tahu betul bahwa air mata Sania telah membasahi hatinya.
Sania perlahan mengangkat wajahnya, mata berkilau oleh air mata yang belum kering, penuh luka dan keraguan.
"Pergi!" Suaranya penuh amarah, jelas masih marah atas kejadian pagi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda