Bab 52
Bernard menatap wajahnya yang pucat dan lemas, apa dia baru bangun tidur?
Meski kedua matanya bengkak parah, wajah mungilnya yang tanpa riasan masih memancarkan sedikit rona segar.
"Sania, semua ini ulahmu?"
Bernard masuk dengan membawa hawa dingin di sekujur tubuhnya. Wajahnya yang tampan memancarkan aura dingin, dan di matanya terlihat kemarahan yang meluap.
Dia langsung mempertanyakan.
Sania menyandarkan kepalanya yang lelah di pintu, rasanya kepalanya seperti mau pecah, dan pertanyaan Bernard yang tiba-tiba itu membuatnya makin kesal.
Dia mengira yang dimaksud adalah soal pembakaran Taman Nirmala semalam. Bukankah pria itu sudah bilang kalau tempat itu diberikan padanya?
Masa harus lapor dulu kalau mau mengurusnya?
Sampai pria itu harus datang langsung menegur?
Memang apinya tidak besar, tapi cukup menimbulkan kegaduhan.
Dia tersenyum kecil, tatapannya lelah, malas menjelaskan.
"Benar, aku yang lakukan."
"Kamu sudah tahu, 'kan?"
"Di depan begitu banyak saksi, aku pun nggak bisa men

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda