Bab 58
Tepat saat itu, pintu kamar rumah sakit terbuka.
Bernard masuk.
Tubuhnya masih membawa hawa dingin dari luar, dan wajahnya suram bagai langit mendung yang siap mencurahkan hujan.
Windi segera menyimpan ponselnya, lalu berkata dengan cepat.
"Eh ... aku keluar dulu mau ambil air hangat."
Setelah itu, dia langsung melesat keluar dengan gesit, bahkan menutup pintu dengan rapi.
Sekarang di kamar hanya tinggal Sania dan Bernard.
Suasana langsung menjadi tegang, bahkan sampai membuat orang sulit bernapas.
Sania mengangkat wajahnya, bertemu dengan tatapan Bernard yang dingin.
Untuk sesaat dia tidak tahu harus bicara apa, suasana jadi canggung dan berat.
Bernard berjalan mendekat ke sisi ranjang, tidak bicara, hanya mengulurkan tangan untuk menyentuh dahinya.
Ujung jari Bernard yang dingin menyentuh kulitnya, membuat Sania secara refleks menghindar sedikit.
"Demammu sudah turun."
Dia menarik kembali tangannya, nadanya datar, emosinya tak terbaca.
Sania tertegun.
Setelah terdiam sejenak, Sania b

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda