Bab 61
Langit akhirnya benar-benar gelap, di bawah langit biru kehitaman itu tidak terlihat satu bintang pun.
Sania kembali ke rumah. Karena lampu di pintu masuk belum dinyalakan, dia harus melepas sepatu dalam gelap.
Ruang tamunya tampak gelap gulita.
Sebenarnya Windi mau menemaninya pulang, tapi dia menolak.
Kalau gadis itu ikut, kemungkinan besar dia harus berbaring di tempat tidur lagi besok.
Dia mengeluarkan ponselnya.
Layar menyala, menampilkan belasan panggilan tak terjawab dari Riko.
Ujung jarinya menggeser layar, dia menekan tombol panggil balik.
Telepon langsung tersambung.
"Sania?" Suara Riko terdengar agak gugup, meski hampir tak terasa.
"Maaf." Suara Sania sangat pelan, sedikit serak seperti baru sembuh dari demam. "Hari ini aku agak demam, jadi tertidur sebentar, dan sekarang sudah turun."
"Nggak apa-apa. Sudah makan malam? Aku kebetulan ada di dekat sini, bisa sekalian antar makanan buat kamu."
Suaranya terdengar agak mendesak.
"Aku nggak lapar, Kak. Kamu istirahat saja lebih a

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda