Bab 92
Yang masuk adalah putri bungsu dari cabang kedua Keluarga Ferdian, Lanny Ferdian.
Dia baru saja lulus kuliah belum lama ini, dan senang datang ke rumah besar ini untuk melukis.
Tangannya membawa sebuah kanvas, dan dia melangkah masuk dengan ringan.
"Itu ... Kakak ipar?"
Begitu Bernard melihat dengan jelas siapa yang datang, barulah dia buru-buru mengulurkan tangan untuk membantu Sania bangkit.
Namun, Sania tiba-tiba mendorongnya dengan keras.
"Bernard, maksudmu apa?"
Suaranya dingin dan keras.
"Kalau kamu setakut itu, lebih baik jangan sentuh aku lagi!" Sania menggertakkan gigi, tatapannya penuh penolakan.
Melihat itu, Lanny segera meletakkan kanvasnya dan berjalan mendekat.
"Kak Sania terluka?" tanyanya dengan khawatir. Pandangannya tertuju pada pergelangan kaki Sania yang terlihat tidak normal, serta dua bidai kecil di tangan kirinya.
"Kalau begitu, biar aku bantu Kak Sania kembali ke kamar untuk istirahat."
"Terima kasih, Lanny!" Nada suara Sania jelas jauh lebih lembut, disertai se

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda