Bab 22
Begitu selesai berbicara, Wulan berbalik hendak pergi. Saat menutup pintu, dia mendengar Steven mengeluh dengan suara pelan.
"Bu, selama tiga tahun itu, entah berapa kali aku berpikir untuk bunuh diri. Kalau bukan karena Wulan yang menemaniku, anakmu ini sudah lama mati. Ibu nggak seharusnya memaki dia seperti itu."
"Sampai sekarang pun, aku masih merasa jauh lebih beruntung darinya. Aku masih punya Ibu, sedangkan dia hanya punya dirinya sendiri. Aku pernah dicintai olehnya tanpa syarat, dengan sepenuh hati, sedangkan dia ... mencintai pria nggak berguna sepertiku. Aku bahkan nggak punya satu pun bukti untuk menunjukkan bahwa aku juga mencintainya."
"Jadi, asalkan aku bisa mencintainya, membuatnya merasa nggak sendirian di dunia ini, aku sudah sangat puas."
Wulan berbalik, lalu membuka pintu ruang rapat.
"Steven, aku nggak pernah menyukaimu."
"Waktu kecil aku mengikuti ke mana pun kamu pergi karena aku tahu kamu pemimpin di antara teman-teman itu. Jadi, aku sengaja mengambil hatimu. Le

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda