Bab 26
"Saat itu hujan cukup deras, kelembapan di udara sangat tinggi, kakinya sudah mulai sakit, aku khawatir tentang kesehatannya, jadi aku menawarkan diri untuk menjemput Pak Anton, tetapi ayahku menolak."
"Ketika dia pergi, firasatku nggak enak. Aku nggak menyangka itu adalah terakhir kalinya aku melihatnya."
Wulan mengangkat kepalanya, matanya penuh dengan linangan air mata.
"Steven, bisakah kamu memberitahuku, apa alasan Cindy mempermainkan ayahku? Kenapa kamu membiarkan perilakunya yang nggak masuk akal? Kenapa?"
Wulan berteriak dengan suara keras. Sejak ayahnya meninggal, dia hanya menangis sekali di rumah sakit, kini semua emosi yang ditahannya selama tiga tahun akhirnya terluapkan, membuat hati Steven hampir hancur.
Steven menggerakkan mulutnya, tetapi tetap tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa Cindy salah paham ketika melihat mobil yang mereka berdua kendarai goyang, mengira mereka berdua sedang bermesraan di dalam mobil. Karena cemburu, Cin

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda