Bab 66
Dia langsung marah besar, "Kamu masih ingat aku ini ibumu? Aku kasih tahu kamu, kuota doktoral itu tetap untuk Lisye!"
"Jangan mimpi."
Sebelum Gisel sempat menjawab, Arvin langsung menutup telepon dan mengembalikan ponsel pada Nadine, "Untuk apa buang waktu dengannya."
Nadine menggigit bibirnya.
Dia tidak pernah menyangka suatu hari harus berhadapan langsung dengan Gisel seperti ini.
Arvin melihat ekspresinya dan tertawa.
"Apa yang kamu tertawakan?" tanya Nadine bingung.
"Nadine, manusia bisa berubah," kata Arvin pelan. "Lagi pula, mungkin dulu dia baik sama kamu nggak benar-benar tulus. Kamu mau terus mundur hanya karena perasaan lama yang nggak nyata?"
Perasaan lama yang tidak nyata?
Nadine mendongak dan menatapnya.
Tapi dia menyukai Arvin dari kecil hingga remaja justru karena perasaan masa kecil itu?
Kalau semua itu tidak nyata, lalu apa yang dia pertahankan selama ini?
Mobil Arvin berhenti di depan apartemen Nadine.
"Terima kasih. Masalah di kampus itu aku bisa selesaikan sendiri,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda