Bab 679
Revan menatap wajahku dengan saksama, berusaha membaca ekspresiku.
Namun sayang, gelapnya malam membuatnya sulit melihat dengan jelas.
Dia tiba-tiba menarik lenganku lagi. "Kamu benar-benar nggak apa-apa?" tanyanya sekali lagi.
Nada suaraku terdengar ringan, seolah tak ada beban. "Aku baik-baik saja. Memangnya aku bisa apa?"
Namun, dia tidak melepaskan tanganku. "Kamu nggak mungkin baik-baik saja. Apa kamu marah? Aku beri tahu, ini semua lebih rumit dari yang kamu bayangkan. Nggak seperti yang kau pikirkan," jelasnya untuk menenangkanku.
Aku tertawa kecil, lalu menjawab dengan nada dingin penuh sarkasme, "Ya, aku memang bodoh. Aku nggak cukup pintar untuk memahaminya. Jadi kamu nggak perlu menjelaskan apa-apa lagi."
Kata-kataku membuatnya terdiam, seolah tidak tahu harus berkata apa.
Dengan nada datar dan tanpa emosi, aku melanjutkan, "Kamu nggak perlu repot-repot menjelaskan. Aku nggak marah. Aku hanya ingin pulang."
Yang kurasakan bukan kemarahan, hanya kekecewaan yang mendalam, dan

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda