Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

Lana tidak ingin menanggapi. Dia bangkit hendak pergi, tetapi Wendy menarik pergelangan tangannya. "Katakan, apa gunanya hidup begini? Jodi nggak mencintaimu. Kalau aku jadi kamu, aku sudah cerai sejak lama." Jika tantangan Wendy ini terjadi dulu, pasti Lana akan hancur. Namun sekarang, hati Lana sudah mati. Jadi, baginya, itu tidak penting. Sebaliknya, untuk Wendy ... "Benarkah? Kalau dia nggak mencintaiku, kenapa nggak mengajukan cerai dari dulu? Atau, kamu yang takut? Takut dia nggak mau menceraikan aku?" Lana tersenyum. Wendy merah padam karena marah. "Kamu!" "Aku menasihatimu, jangan terlalu menganggap dirimu penting. Kalau dia mencintaimu, dia sudah menceraikan aku, untuk apa terus menipu aku?" Kemudian, Lana menepuk bahunya, dan dengan nada penuh makna berkata, "Dan lagi, dulu yang memberikan ginjal untuk Jodi itu benar-benar kamu, 'kan?" Wendy tertegun, menatap Lana dengan ketakutan. Bagaimana mungkin? Nada itu, apakah Lana tahu sesuatu? Di mata Wendy muncul kilatan kebencian. Melihat sosok di pintu, tiba-tiba dia menjerit, menabrakkan diri ke dinding dengan keras. Lana menoleh kebingungan. Dia belum sempat memahami apa yang ingin dilakukan Wendy. Tiba-tiba, sosok kecil mendorongnya dengan keras. "Kamu berengsek, jauhi Mama Wendy!" Hans muncul tiba-tiba, melindungi Wendy. Jodi yang berada di ruangan itu juga cepat-cepat mendekat. Melihat darah di dahi Wendy, pria itu langsung marah besar. "Lana!" "Kak Jodi, jangan marah pada Kak Lana, ini salahku. Aku tidak seharusnya muncul di sini membuatnya marah. Wajar jika dia mendorongku, aku ... Kepalaku sakit sekali ... " Lana mengerutkan dahi. "Jelas-jelas kamu sendiri yang menabrak dinding." "Cukup! Lana, kamu kok bisa sejahat ini! Kamu 'kan dokter! Kamu nggak takut karma?" "Aku bilang itu bukan aku!" "Aku melihat semuanya! Kamu wanita jahat, ibu jahat, kamu nggak pantas menjadi ibuku!" Hans tiba-tiba menyerang, dan menginjak kaki Lana. Dia tidak sempat menghindar, menabrak meja makan di belakang. Rasa sakit hebat di perut menyerang. Dalam sekejap, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Lana menahan perutnya. "Sakit ... sakit sekali ... Cepat panggil 118." Luka operasinya robek. Jodi hendak melihat, tetapi Wendy langsung menjerit lagi. "Kepalaku! Kak Jodi, cepat lihat, darahnya banyak, aku takut!" "Jangan takut, aku ada di sini! Aku segera bawa kamu ke rumah sakit!" Jodi tidak lagi menoleh ke Lana. Dia meraih Wendy dan membawanya ke pintu. Mata Lana gelap, sekuat tenaga memanggil nama Jodi. "Tolong aku ... " Namun, yang menjawab hanyalah celaan dingin pria itu, "Kamu 'kan dokter? Jadi, tangani sendiri lukamu!" Dengan bunyi dentuman, pintu kamar tertutup. Lana pun pingsan. Saat terbangun, dia berada di ruang rumah sakit. Suara detak alat-alat di sekeliling membuat kepalanya pening. "Dokter Lana, kamu sudah bangun. Fungsi ginjalmu rusak, perlu segera operasi. Istirahatlah dulu." Setelah dokter pergi, ponselnya berdering. "Lana, perjanjian cerai sudah disiapkan." Tepat saat itu, pintu ruang rumah sakit dibuka, Jodi masuk dengan wajah muram. "Perjanjian cerai? Lana, kamu mau bercerai dariku?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.