Bab 85
Perkataan Theo membuatku merasa tenang. Setibanya di rumah Theo, mataku sontak terbelalak.
Di sebuah vila yang terletak terpisah, tampaklah bahan-bahan hot pot tergantung di dindingnya. Ada mentega, lada, cabai, tomat dan lain sebagainya.
"Ya ampun, kamu berencana membuka restoran hot pot di sini?"
Theo menyibakkan rambutnya dengan anggun sambil menyerahkan selembar brosur promosi kepadaku.
"Ya, kata-katamu waktu itu banyak menginspirasiku. Kamu benar, memulai bisnis itu harus memberikan sensasi yang baru. Jadi, aku berencana untuk membuka restoran hot pot di sini. Restorannya juga sudah didekor."
Aku memandang Theo seolah-olah dia adalah orang bodoh sambil bertanya-tanya apa ada hubungan yang penting antara kedua hal ini. Namun, Theo tidak terlihat seperti orang yang kekurangan uang. Kegagalan adalah kunci dari kesuksesan. Mungkin suatu saat nanti dia akan mengingat pelajaran ini.
"Menurutmu, ideku bagus, 'kan? Kamu mau ikut terlibat?"
Aku memutar bola mataku padanya dan menyerahkan p

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda