Bab 30 Aku Membunuh Orang
Ketika dia mengucapkan kata-kata itu, suaranya tenang, seperti seorang pria tua di ambang senja yang hanya mampu menasihati dengan pasrah. Entah kenapa dadaku mendadak terasa getir. Setelah sekian lama kami saling bersitegang, kini saat aku pikirkan lagi, hari-hari ketika aku tersenyum ceria sambil memanggilnya ayah sudah berlalu begitu lama.
Aku menatapnya dan tak lagi membantah. Hanya mengangguk dan menjawab, "Baik."
Setelah sekian lama saling bersitegang, kini tiba-tiba kami bisa bicara dengan tenang, suasananya terasa canggung. Aku menarik napas dan berkata, "Urusan keluar dari rumah sakit akan aku atur baik-baik. Aku mau menemui ibuku dulu."
Setelah mengucapkan itu, aku pun bersiap untuk pergi.
Dia tiba-tiba berbicara dengan suara serak, "Setelah Ayah pergi nanti, jagalah Ibumu baik-baik. Ayah telah menyiapkan rencana untuk masa depan Grup Carter, bila nggak ada hambatan besar, kamu bisa menjalankannya dengan stabil sepuluh tahun ke depan, itu cukup untuk hidup tenang bersama Ibum

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda