Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6 Sudah Tidak Ada Bukti Lagi

Setelah berkata demikian, Varrel langsung masuk ke dalam mobil dan pergi. Aku terbengong sesaat, lalu akhirnya sadar. Varrel sepertinya marah. Hanya sekadar mengucapkan terima kasih, apa hubungannya dengan status suami istri? Aku malas memikirkannya lebih jauh. Aku kembali ke kantor untuk melanjutkan lembur. Ayah sedang sakit. Setelah ini, urusan Grup Carter pasti akan makin banyak. Sepertinya akan sangat sibuk nanti. Di kantor Grup Carter. Sesampai di depan kantor, aku mendengar suara tawa dari dalam. Begitu aku membuka pintu dan masuk, Jessy yang sedang asyik menonton drama idol di sofa dengan tabletnya mengangkat tatapan ke arahku. Melihatku kembali, Jessy meletakkan tabletnya dan mendorong kotak makanan di meja ke arahku. "Ke mana saja kamu? Bukankah sudah janji aku akan antarkan makan siang hari ini? Sudah dingin." Aku duduk di sebelahnya, membuka kotak makanan, lalu berkata sambil makan, "Ayahku masuk rumah sakit, aku pergi menjenguknya tadi." Jessy mengernyit. "Paman masuk rumah sakit? Paman kenapa?" "Kanker hati stadium empat," jawabku. Makanan di mulut terasa sulit ditelan. "Kanker hati stadium empat? Kenapa bisa ...." Jessy tertegun sesaat. Dia menatapku seraya berkata, "Kamu ...." "Aku baik-baik saja!" selaku karena takut Jessy akan mengucapkan kata-kata yang sentimental. "Kelahiran, penuaan, penyakit, dan kematian adalah proses kehidupan yang normal. Kita berdua juga akan mati, hanya masalah waktu saja." "Cih!" Jessy mendekat padaku dan berujar, "Apa-apaan? Aku bukan ingin menghiburmu. Yang ingin aku bilang, sekarang sudah saatnya kamu rukun dengan Paman Kyle dan berhenti mempermasalahkan masa lalu." Aku mengatupkan bibir. Nafsu makanku mulai hilang. Aku menaruh sendok, lalu bersandar di sofa sambil melamun ke arah langit-langit. Aku bertanya dengan tak berdaya, "Apakah kebenarannya benar-benar sudah nggak penting lagi?" Jessy menghela napas. "Kalau saja bisa menemukan pria yang membawamu pergi waktu itu, pasti bisa membuatnya beri tahu polisi bahwa kamu bukan kabur dengannya, tapi dia menjemputmu di stasiun atas nama kakakmu dan membawamu ke perbatasan dengan tipu daya. Tapi sekarang orang itu nggak bisa ditemukan, sudah tidak ada bukti lagi. Mau bagaimana?" Sudah tidak ada bukti lagi. Lima tahun lalu, aku berusia delapan belas tahun, dan baru lulus SMA. Oleh karena ketertarikan terhadap Asina Tenggara, dengan penuh harap aku mendaftar ke Universitas Mandala tempat Yovie menempuh studi pasca-sarjana. Pada hari pendaftaran, Kyle sibuk bekerja, Ibu juga tidak bisa pergi karena ada anggota keluarga yang sakit. Jadi, mereka meminta Yovie yang berada di Kota Mandala untuk menjemputku di stasiun. Akan tetapi, yang kutemui hari itu bukan Yovie, melainkan seorang pria berkulit gelap. Pria itu mengaku bahwa Yovie mengirimnya ke sana, lalu memintaku ikut dengannya. Bagaimana mungkin aku mau ikut? Namun, Yovie menelepon bahwa dia sedang ada urusan di kampus dan tidak bisa pergi. Yovie memintaku tenang dan ikut saja dengan pria itu, yang akan mengurusku dengan baik. Hari itu, pria itu membawaku berkeliling di Kota Mandala. Kami berjalan cukup lama dan mencoba banyak makanan enak. Aku mengira pria itu adalah teman Yovie, jadi sama sekali tidak berwaspada. Ketika pria itu memintaku ikut ke hotel untuk mengambil barang, aku ikut saja tanpa berpikir panjang. Aku sama sekali tidak menyadari bahwa lokasi hotel itu sangat terpencil. Justru karena aku sendiri yang masuk ke hotel, setelah kejadian itu, semua orang menganggapku tidak menghargai diri sendiri, dan berpikir bahwa aku teperdaya karena kesalahanku sendiri. "Sofia, kamu benar-benar nggak ingat apa yang terjadi di hotel itu?" Jessy memotong pikiranku. Dia menatapku dan berkata, "Dulu ketika aku, Paman, dan Bibi sampai di hotel itu, pemiliknya bilang kamu dan pria itu tinggal di kamar selama beberapa hari. Saat pergi, kamu bahkan ditopang oleh pria itu. Dia bilang, kamu masih muda saja sudah begitu genit ...." Terkait peristiwa waktu itu, tidak ada rekaman pengawasan maupun rekaman suara. Semua itu hanya berdasarkan kesaksian orang lain. Aku menggigit bibir, tidak bisa membela diri. Aku menoleh pada Jessy dan berucap, "Setelah masuk hotel, aku langsung nggak sadarkan diri." Jessy menghela napas dan berkata dengan ekspresi tak berdaya, "Peristiwa waktu itu sudah diselidiki polisi berulang kali, tetap nggak bisa membuktikan seperti yang kamu katakan bahwa Yovie dan bersama pria itu sengaja menculikmu. Nggak ada satu pun riwayat panggilan di ponselnya, ponselmu juga hilang. Terlebih lagi, pria itu sudah kabur. Nggak ada yang bisa membuktikan bahwa Yovie pernah berhubungan dengan pria itu sebelumnya. Lebih penting lagi, apa motif Yovie melakukan itu?" Apa motifnya? Aku menggeleng. ""Ini juga yang nggak kupahami selama ini. Dengan persaudarian delapan belas tahun, aku nggak mengerti apa tujuan dia melakukan ini." "Apa mungkin karena ... Grup Carter?" Jessy menatapku dengan serius. "Orang tuamu hanya punya dua anak perempuan, yaitu kamu dan Yovie. Perusahaan sebesar itu nanti pasti akan jadi milik kalian berdua. Sebenarnya, dulu aku selalu merasa, Paman dan Bibi sepertinya lebih dekat denganmu. Saat kalian berkumpul, Yovie selalu seperti orang luar. Menurutmu, apa mungkin Yovie ingin menyingkirkanmu supaya Grup Carter akan jadi miliknya sendiri setelah orang tuamu meninggal?" Apakah ini alasannya? Aku mengatupkan bibir dan berpikir sejenak, lalu berujar, "Kalau Yovie memang punya ambisi sebesar itu, kenapa dia nggak bekerja di Grup Carter selama bertahun-tahun ini?" Jessy mengangkat bahu. "Aku nggak tahu soal ini." Aku berhenti memikirkannya karena tidak bisa memahaminya. Aku menatap Jessy seraya berucap, "Lupakan saja. Terima kasih untuk makan siangnya." Jessy mendecakkan lidah sambil mengernyit, "Sudah mulai mengusir? Belum duduk seberapa lama, belum mengobrol banyak pun sudah diusir. Kamu benar-benar realistis." Aku tersenyum tipis. "Masih mau mengobrol tentang apa lagi?" Mata Jessy berkedip-kedip. Dia mendekati dan berkata, "Sofia, aku belum pernah tanya, selama setengah tahun setelah kamu dibawa ke perbatasan, apakah benar seperti yang digosipkan Yovie bahwa kamu dipaksa jadi ... di distrik lampu merah?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.