Bab 819
Itu membuat Victoria sulit melihat ekspresi Julian dengan jelas.
Hal yang terlihat hanyalah sosok Julian yang dingin bak gunung es, alisnya tajam seperti mata pedang, matanya setajam kilatan belati, dan garis wajahnya yang tegas dengan bibir tipis serta hidung lurus, tampak seperti bayangan gunung tinggi yang tersembunyi dalam gelapnya malam.
Namun, seperti biasa, emosinya sulit ditebak.
Siapa tahu, mungkin saja dia sudah menemukan pilihannya di atas panggung.
Suatu rasa sesak mengganjal di tenggorokan Victoria. Dia segera mengalihkan pandangan dan bertahan menonton pertunjukan di panggung untuk beberapa saat lagi.
Setelah bertahan selama lima atau enam pertunjukan, dia akhirnya tidak tahan lagi.
"Aku mau ke toilet," katanya pada Julian, lalu segera bangkit dari tempat duduknya.
Begitu keluar dari ruangan yang remang-remang, matanya akhirnya kembali terbiasa dengan cahaya terang di luar.
Saat berjalan melewati lorong, seorang pelayan pria berwajah bersih dan tampak sopan menundukkan ba

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda