Bab 100 Pergi ke Bandara Menjemput Pak Yansen
Seolah-olah takut Kirana akan jadi budak cinta, Janna berulang kali menekankan padanya, cukup tidur saja dengan pria itu, jangan sampai jatuh hati.
Entah bagaimana, topik kembali mengarah ke Sigit.
"Sepupuku itu benar-benar cukup menyukaimu. Kalau sekarang kamu nggak mempertimbangkan dia, nanti kalau ingin punya pacar, kamu harus memikirkan dulu apakah dia cocok atau nggak?"
Kirana tidak berdaya. "Aku sudah begini, apa kamu nggak merasa aku ini nggak pantas dengan sepupumu?"
"Mana mungkin! Kalau dia bisa menikahimu, itu adalah keberuntungannya! Lagi pula, kamu bagaimana sih? Paling juga orang dewasa bersenang-senang saja, itu hal yang wajar! Sepupuku jelas bukan orang yang akan mempermasalahkan hal semacam ini."
Kata-kata itu benar-benar membuat Kirana tertawa.
Kadang dia sangat iri pada Janna. Meski terlihat seolah-olah bicara tanpa filter, sebenarnya gadis itu yang paling mengerti hidup dan menjalaninya dengan sangat bebas.
"Janna, aku tahu kamu menginginkan yang terbaik untukku, dan

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda