Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Salah KirimCinta Salah Kirim
Oleh: Webfic

Bab 1 Pria Itu

"Pernah nggak kamu tidur sama pria?" Malam telah tiba. Kirana yang sedang dalam perjalanan dinas dan habis minum sedikit alkohol seharusnya sudah terlelap, namun begitu menutup mata, kata-kata sahabatnya, Janna, berputar di kepalanya seperti suara yang bergaung tanpa henti. "Selagi masih muda, cepatlah cari pria tampan, dan coba rasakan sendiri! Jangan malu-malu!" "Saat itu, aku jawab apa, ya?" pikir Kiana. "Sudah nggak ingat." Kirana berbaring di ranjang hotel, wajah mungilnya yang halus merona karena mabuk, rambut panjangnya yang tebal terurai berantakan ... Sebulan lagi, dia akan genap berusia dua puluh enam tahun. Sudah tergolong wanita dewasa, tapi kenyataannya dia belum pernah punya pacar. Bahkan ciuman pertamanya pun belum terjadi, apalagi hal-hal yang lebih intim dari itu ... Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Janna bicara seperti itu. Bahkan lelucon mesum saja hampir setiap hari keluar dari mulutnya. Tapi kali ini, entah kenapa, ucapan Janna malah memancing gairah yang sudah lama terpendam dalam dirinya. Ditambah efek alkohol, tubuhnya terasa gelisah dan membuatnya sulit tidur! Kirana membalikkan tubuh, tapi tetap saja merasa seolah ada sesuatu dalam dirinya yang akan meluap. Akhirnya dia pun duduk. Tanpa sadar, dia menjilat bibirnya yang agak kering. Tangannya meraih ponsel. Karena lensa kontak sudah dilepas dan alkohol membuat penglihatannya kabur, layar ponsel tidak tampak begitu jelas. Dia hanya melihat kontak WhatsApp dengan catatan nama yang diawali nama "Feriawan", lalu menekannya. [Kirim beberapa, aku mau lihat.] Balasan datang sangat cepat, hanya sebuah tanda tanya. Kening Kirana berkerut sedikit. Karena mabuk, batasan candaannya juga melebar. [Jangan pura-pura nggak mengerti! Pria atau barang, pilih salah satu untuk dikirim kemari, aku ada di kamar 1501.] Di bagian akhir, dia bahkan menambahkan sebuah emotikon bibir merah. Setelah pesan terkirim, Kirana menunggu lama tapi tidak ada jawaban. Saat tubuhnya berusaha bangun untuk mengambil minum, bel pintu berbunyi ... Tanpa banyak berpikir, dia langsung berjalan ke arah pintu. Bagaimanapun juga, tidak mungkin Janna benar-benar mengirim seorang pria tengah malam begini, 'kan! Saat pintu terbuka, separuh kesadarannya seketika pulih. "Pak ... Pak Yansen?" Kelihatannya pria itu baru saja selesai mandi. Rambut pendeknya yang basah masih meneteskan air, tubuhnya terbungkus jubah tidur sutra berwarna hitam. Karena ikatan tali yang longgar, tampak jelas tulang selangkanya yang dihiasi tato angka berwarna hitam. Lebih ke bawah lagi, samar-samar terlihat otot perut yang berlekuk, memanjang hingga menghilang di garis pinggang. Tubuhnya yang tinggi dan tegap hampir memenuhi ambang pintu. Wajah tampannya yang tegas sebagian tersembunyi dalam kegelapan. Sorot matanya, yang biasanya dingin dan berjarak, kini seperti binatang buas yang telah lama terkurung, menatap lekat mangsanya. "Anda mencari saya ... !" Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Kirana merasa belakang kepalanya dicengkeram kuat oleh sepasang tangan besar, lalu sisa suaranya seketika raib. Kirana juga merasakan aroma alkohol dari mulutnya, berbeda dengan yang dia minum sendiri ... Setelah dunia terasa berputar sejenak, dia mendapati dirinya terbaring di atas ranjang. Gaun tidurnya yang putih bercampur dengan bayangan hitam, memancing imajinasi tanpa akhir, dan seketika ruangan itu dipenuhi dengan aura yang menggoda. Yansen tampaknya benar-benar mabuk, kalau tidak, mana mungkin seorang presdir yang berwibawa dari Perusahaan Mahagema datang ke kamar seorang asisten kecil seperti dirinya? Secara refleks Kirana sempat meronta, namun tiba-tiba dia berhenti. Sungguh, jika dipikir-pikir ... Memberikan kali pertamanya pada pria yang tampan, kaya, dan berpengaruh seperti pria itu, bukanlah sebuah kerugian! Lagi pula, pria itu tidak akan ingat siapa dirinya. Sama seperti dia tidak pernah ingat bahwa Kirana adalah teman sekelasnya dulu di SMP, bahkan pernah duduk sebangku hampir setahun penuh. Hanya hubungan satu malam yang akan berlalu begitu saja. Sebagai bawahan, di kantor pun dia jarang bertemu dengan pria itu. Apalagi dengan statusnya yang begitu rendah, kalaupun besok dia mengaku tidur dengan Yansen, orang tidak akan percaya. Setelah merenung sejenak, di bawah sinar bulan yang menembus jendela, Kirana memberanikan diri mengangkat tangan dan merangkul lehernya ...
Bab Sebelumnya
1/300Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.