Bab 9
"Fania, kamu nggak apa, 'kan?"
Begitu Fania tersadar, orang-orang langsung mengerumuninya. Mereka semua tampak mencemaskannya.
Vino orang pertama yang berkata, "Jangan melakukan hal berbahaya seperti ini lagi. Kamu akan selalu jadi adik kami."
Kedua mata Fania berkaca-kaca mendengar ucapan barusan.
Fania tampak begitu sedih, dia meraih tangan Randi yang paling dekat dengannya. "Aku cuma takut kalian meninggalkanku. Apa yang terjadi dulu memang salahku, tapi ... "
Dia mengucapkan sederet kalimat tersebut sambil menunduk dan sesekali terisak.
Sikapnya ini tentu membuat orang yang melihatnya jadi kasihan.
"Jangan takut, Fania. Semua yang terjadi dulu sudah berlalu. Kami akan selalu menemanimu."
Ketiga kakak Fania mengangguk membenarkan. Nada bicara mereka terdengar penuh kasih dan perhatian.
Randi menatapnya, tapi pria itu tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang janggal. Randi merasa seolah baru kehilangan sesuatu untuk selamanya.
"Randi, apa kamu masih menyalahkanku?"
Fania menatap matanya

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda