Bab 116
Sally memang tidak bisa melihat komentar. Layar ponselnya tetap kosong. Padahal dia sendiri juga belum siap, jadi keringat dinginnya semakin deras.
Dia menyentuh ponselnya, tidak panas, jadi mengira platform sedang ada kesalahan.
Akhirnya dia pasrah dan bergumam, "Ya sudah, tadinya aku cuma mau bilang kalau aku nggak mati."
Dia menutup siaran dan baru menemukan kalau telapak tangannya sudah penuh keringat.
Dia tidak tahu, dunia maya sedang geger. Hanya dua menit siaran langsung tadi sudah bikin penggemar panik lalu berperang melawan buzzer.
[Berengsek! Yang mati itu keluargamu! Semua mati saja sekalian!]
[Nona Pipit Kecil masih hidup, suaranya masih merdu. Dari tangannya saja sudah ketahuan kalau dia sangat cantik. Orang yang bilang dia mati, pantas mati!]
[Besok aku ke kuil, agar semua yang mengutuknya ditarik semua oleh Tuhan.]
Penggemar Sally luar biasa banyak, jumlahnya bahkan lebih besar dari artis papan atas. Apalagi dia sudah hilang tiga tahun dan belakangan baru sekali muncul,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda