Bab 220
Sepertinya rekan kerjanya menyadari kata-katanya kasar, jadi segera menambahkan, "Mungkin suamimu takut kamu sayang uang. Selain itu aku juga nggak terlalu paham giok, hanya asal ngomong, jangan dianggap serius ya."
Tentu saja Indira tidak akan perhitungan dengan rekan kerjanya dan melanjutkan menyeka meja.
"Nggak apa-apa, Yogi juga nggak paham giok, mungkin saja dia kena tipu, tapi aku nggak pernah melihat keaslian hadiah, selama dia mengeluarkan uang, itu sudah nyata."
"Indira kamu benar-benar baik. Kemarin aku ketemu adikmu, cantik sekali."
Saat menyebut Sally, raut ragu di wajah Indira seketika hilang dan mata berbinar bangga, "Sally bukan hanya cantik, prestasinya juga bagus, suaranya merdu sekali. Dulu waktu kami di pedesaan, dia bisa bernyanyi sepanjang pagi di lembah. Ibu bilang dia seperti boneka porselen ...."
Ketika mengungkit ibu, senyum di wajahnya berhenti sejenak, "Pokoknya, Sally sangat hebat."
"Haha, iya, auranya seperti putri bangsawan, lembut dan anggun. Kalian berdu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda