Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

Ketika Elena membuka mata lagi, dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah sakit. Jessica duduk di samping tempat tidur, tampak sedang mengupas apel dengan santai. Ketika melihat Elena terbangun, Jessica langsung meletakkan apel. Wajahnya dipenuhi ekspresi peduli sekaligus bersalah. "Nona Elena, kamu sudah sadar? Bagaimana perasaanmu? Semua ini salahku .... Situasinya terlalu kacau. Steven melindungiku, jadi dia nggak sempat memperhatikanmu .... Kamu jangan menyalahkannya, ya." Elena menutup mata. "Di sini hanya ada kita berdua, untuk apa kamu berpura-pura?" "Kalau aku nggak salah, kamu sengaja menjatuhkan peninggalan nenekku." "Insiden ronde itu adalah sesuatu yang kamu rencanakan sendiri." "Bahkan ... kebakaran di galeri itu juga kamu yang menyuruh orang membakarnya, 'kan?" Ruang perawatan menjadi sunyi senyap. Beberapa detik kemudian, ekspresi menyedihkan di wajah Jessica perlahan memudar, digantikan oleh ejekan dingin dan penghinaan setelah kedoknya terbongkar. Jessica tertawa pelan. "Ternyata kamu nggak sebodoh itu." "Ya, aku yang melakukan semua itu. Aku melakukan ini hanya untuk menunjukkan padamu kalau kamu nggak ada artinya sama sekali di hati Steven." "Sekarang pikiran dan mata Steven dipenuhi denganku. Kamu jelas-jelas tahu dia membencimu, kenapa masih memegang teguh posisi sebagai istrinya dengan nggak tahu malu? Apa kamu nggak merasa itu menyedihkan? Sebaiknya kalian segera bercerai. Itu akan lebih baik untuk semuanya." Elena membuka mata, menatap langit-langit dengan tenang, lalu menjawab dengan suara tenang, "Aku mengerti." Maksudnya adalah, Elena akan segera pergi, serta proses perceraian sudah diurus. Namun, Jessica jelas salah paham. Dia mengira Elena sedang menghindar, tidak ingin melepaskan posisinya. Wajah Jessica langsung berubah muram. Dia bangkit berdiri dengan tiba-tiba, sementara nadanya menjadi tajam, "Aku sudah bicara baik-baik denganmu, tapi kamu yang keras kepala ingin mencari masalah. Kalau begitu, jangan salahkan aku yang bersikap kejam!" Setelah mengatakan ini, Jessica mendengus dingin, meraih tasnya dengan sombong, lalu meninggalkan ruang perawatan dengan sepatu hak tingginya. Elena tidak memiliki tenaga untuk mengejarnya, juga tidak ada keinginan untuk menjelaskan, hanya menutup matanya lagi. Apa pun trik yang akan Jessica mainkan, itu semua bukan masalah. Karena hari kepergian Elena sudah makin dekat. Beberapa hari berikutnya, Steven dan Jessica tidak muncul lagi. Elena merasa senang dengan ketenangan ini, bisa fokus untuk memulihkan lukanya. Pada hari Elena keluar dari rumah sakit, kebetulan ada acara amal penting yang mengharuskan Steven untuk hadir dengan keluarganya. Meskipun enggan, Elena tahu ini adalah salah satu kewajiban terakhirnya sebagai istri Steven. Elena mengenakan gaun malam yang pantas, serta memakai riasan tipis untuk menutupi wajah pucatnya. Ketika sampai di mobil, dia melihat Jessica sudah duduk di kursi belakang, sedang bersandar mesra di bahu Steven sambil tertawa. Ketika melihat Elena, Jessica langsung duduk tegak, lalu menjelaskan, "Nona Elena, jangan salah paham. Steven mengatakan kalau acara itu membosankan, jadi dia menyuruhku untuk ikut pergi bersenang-senang untuk melepas penat." Steven bahkan tidak mengangkat pandangannya. Nadanya terdengar dingin dan tidak sabar, "Untuk apa menjelaskan padanya? Apa aku memerlukan izin darinya untuk membawa siapa pun yang aku inginkan? Dia pikir dia itu siapa?" Satu kalimat ini seperti tusukan es yang menancap ke dada Elena. Meskipun sudah mati rasa, rasa sakit yang samar masih terasa. Elena membuka pintu mobil dalam diam, duduk di kursi penumpang depan, lalu tidak mengatakan apa pun sepanjang jalan. Sesampainya di lokasi lelang, busana mewah dan gelas yang berdentingan memenuhi lokasi. Steven selalu melindungi Jessica sepanjang waktu, mengambilkan minuman, serta memperkenalkannya pada tokoh-tokoh penting yang hadir. Pria itu tampak sangat perhatian. Sedangkan pada Elena, dia bahkan tidak pernah meliriknya. Orang yang tidak tahu pasti akan mengira Jessica adalah istri Steven. Sesi lelang pun dimulai. Pada setiap barang yang ditampilkan, Steven akan menundukkan kepala, lalu berbisik lembut untuk bertanya pada Jessica, "Apa kamu menyukainya?" Selama Jessica melirik, atau hanya mengangguk pelan, Steven mengangkat papan nomor tanpa ragu, memasukkan barang ke kantongnya dengan harga tinggi, lalu berkata pada Jessica, "Untukmu." Perhiasan, lukisan terkenal, barang antik .... Satu per satu hadiah berharga tinggi diberikan pada Jessica, menumpuk seperti gunung. Ketika melihat pemandangan ini, seorang senior yang memiliki hubungan dengan Keluarga Sutanto tidak bisa menahan diri untuk berbisik pada Steven, "Steven, kamu sangat murah hati pada Nona Jessica ini. Apa Elena di sana ... nggak akan marah?" Steven memutar gelas anggur, matanya bahkan tidak pernah menyapu ke arah Elena, sementara nadanya sangat dingin, "Apa haknya untuk marah? Ini adalah uangku, aku bisa memberikannya pada siapa pun. Dia nggak berhak mengatur." Ketika Jessica mendengar ini, dia melirik Elena dengan bangga, lalu menarik lengan baju Steven dengan sikap pura-pura pengertian. "Steven, barang-barang ini terlalu mahal .... Bagaimana kalau kita membaginya sedikit untuk Nona Elena?" Baru pada saat inilah Steven akhirnya melirik Elena dengan tajam. Tatapannya penuh jarak dan peringatan, lalu dia berkata pada Jessica dengan lembut, "Ini semua milikmu. Tenang saja, nggak akan ada seorang pun yang bisa merebut pemberianku padamu." Sikapnya sangat jelas, membuat bisik-bisik di sekitar makin banyak. "Ckck, mereka sudah menikah beberapa tahun, tapi aku nggak pernah melihat Pak Steven seperhatian ini pada istrinya." "Bukan hanya itu. Lihat sikap Pak Steven, sepertinya Elena nggak akan bertahan lama lagi." "Mereka memang bukan dari dunia yang sama. Apa gunanya memaksa mereka bersama? Itu hanya akan membuat mereka menjadi bahan tertawaan saja." "Setelah bekerja keras selama bertahun-tahun, akhirnya dia nggak mendapatkan apa-apa. Kasihan sekali ...."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.