Bab 127
Sambil menatap kontrak kerja resmi yang Nenek Fia sodorkan padaku, aku mundur selangkah, tidak mengambilnya.
Gerakan kecilku itu jatuh di mata Nenek Fia, seketika sorot matanya berubah, suasana aneh cepat menyebar di antara kami berdua. Saat menengadah, mataku tepat beradu pandang dengan tatapan Nenek Fia yang tidak suka juga tidak marah, yang ada hanyalah kedinginan menusuk dari balik lensa kacamatanya.
Aku menenangkan diri. Sebelum Nenek Fia bicara, aku lebih dulu membuka mulut, "Bu Fia, kontrak penerimaan ini sudah diberikan perusahaan padaku, itu berarti perusahaan sudah mengakui kemampuan kerjaku. Kalaupun Anda nggak ingin aku menjadi karyawan tetap perusahaan, seharusnya ada alasan. Apa hanya karena aku membawa Pak Riko menemui pamanku?"
Nenek Fia terkekeh kecil. "Kirana, kamu benar-benar mengira aku sudah tua sampai hanya punya umur panjang kosong begitu?"
Aku menatap heran, lalu Nenek Fia berkata, "Jangan paksa aku bicara terlalu gamblang. Aku hanya memberitahumu, apa pun kondi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda