Bab 181
"Aku!"
"Kamu mau menyangkal juga nggak masalah, toh aku cuma percaya pada apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri. Tatapanmu barusan itu, hampir lengket terus di tubuh Dion. Bukankah ada pepatah bilang, 'mata adalah jendela hati'? Hati kamu ada di mana, pandanganmu tentu akan selalu ikut ke sana."
Setelah selesai bicara, James bahkan masih dengan tampang penuh kepuasan menatapku.
Aku terdiam sejenak, tak tahan bertanya, "Paman, kok kamu pintar banget ngomong soal cinta ya?"
James dengan bangga mengangkat dagunya,
"Kalau begitu, kenapa aku nggak punya bibi?"
James tertegun mendengar ucapanku.
Kesombongan James yang tadi sempat muncul segera mereda. Dia merendahkan sorot matanya. Sambil memegang cangkir, dirinya diam-diam berbalik dan kembali ke dalam.
Usianya sudah lebih dari empat puluh, tetapi entah kenapa malah terlihat agak menggemaskan. Aku tak tahan tersenyum, lalu mengikuti langkah James masuk. Melihat dia sedang membereskan papan catur, aku kembali bertanya, "Paman, kamu m

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda